Typo bertebaran. . .
Vote
***
Author POV. . .
Davi berdiri dengan gusar dipinggir jalan, menunggu seseorang, matanya memerah penuh amarah sambil melipat tangannya di dada sembari menyenderkan tubuhnya dipintu mobilnya.
"Brengsek" geram Davi kesal mengingat senyum mengejek Reno saat Nara dengan mudahnya membela Reno dan mengusir dirinya pergi. Tangannya menggenggam erat, baru kali ini dia merasakan hal ini perasaan terhianati.
Tidak beberapa menit kemudian seorang pemuda dengan motor gede berwarna hitam menghentikan lajunya tepat didepan Davi yang kini berdiri dipinggir jalan, jalanan cukup sepi, lelaki itu membuka helmnya kemudian tersenyum menyeringai, mengejek kekalahan Davi.
"Wah, Wah ngapain disini? Gak kerumah cewek lo?" ejeknya membuat Davi mengeraskan rahangnya, ingin sekali rasanya ia memukul kembali wajah lelaki yang sekarang tersenyum menyindirnya.
"sebenarnya apa mau lo?" tanya Davi dingin.
Lelaki itu melipat tangannya diatas dadanya "thanks ya" ucapnya tanpa menghilangkan senyum "berkat kebodohan lo sendiri gue jadi gak perlu repot-repot nyari cara buat nyingkirin lo, dan lo udah tersingkir dengan sendirinya, i am verry lucky"
"lo santai aja, gak perlu merencanakan apapun karena..." Davi mendekatkan tubuhnya kearah lelaki itu "gue bakal buka kebusukan lo" sekarang giliran Davi yang tersenyum mengejek.
"Owhhh... Takut, kita lihat aja siapa yang akan tersingkir, lo atau gue?" Lelaki itu kembali memasang helmnya dan men statard motornya "lo lupa sesuatu, cewek lo lebih percaya gue" Davi bisa merasakan lelaki itu sedang tersenyum sinis dibalik helmnya, "Ah satu lagi" lelaki itu membuka kaca helmnya "gue mungkin bakal kepikiran buat maafin lo, asalkan lo berlutut dikaki gue" lelaki itu-Reno tertawa menang melihat bagaimana ekspresi kekalahan diwajah Davi dan berlalu pergi meninggalkan Davi yang mematung menahan emosi.
Davi masuk kedalam mobilnya.
"Arrrgggh" beberapa kali ia menghentakkan tangannya memukul-mukul kemudi mobilnya, teringat kembali bagaimana Nara dengan mudahnya menuntut Davi agar meminta maaf.
Drrrrtt....drrt...
HP Davi bergetar, menampilkan nama Rafli di layar ponselnya.
"ada apa?" tanya Davi to the point
"lo dimana?"
"dijalan mau pulang" jawabnya lesu
"Opa mau lo nginap dirumah selama beliau disini" terang Rafli membuat Davi mengusap rambutnya kasar, dia tau benar jika dia tinggal di rumah itu dia akan kesulitan untuk bergerak bebas. Tanpa membalas perkataan Rafli, Davi langsung memutuskan sambungan secara sepihak kemudian menyenderkan tubuhnya kekursi kemudi sembari menutup matanya meredam emosi.
Setelah dirasanya emosinya sudah mulai berkurang barulah ia menyalakan mobilnya dan beranjak pergi.
***
Davi membanting tubuhnya keatas sofa, matanya terpejam terlalu banyak emosi membuat kepalanya sakit.
"dari mana aja lo?" mendengar suara yang ia kenal Davi sontak membuka matanya.
"ngapain disini?" tanya Davi saat melihat kedua sahabatnya itu sekarang sudah duduk dihadapannya, bahkan Rafli sudah menyalakan televisi. "kecilin suaranya kepala gue pusing"
"Lo kok gak balik kerumah?" tanya Rama sembari asyik dengan ponselnya.
"kalian sendiri ngapain di apartement gue?"
![](https://img.wattpad.com/cover/128421236-288-k300817.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Fiksi Remaja[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...