***
Sambungan tadi yaak. . .
***"Apa yang terjadi? Kenapa lo keluar dari sekolah?"
Anwar terdiam sesaat mencoba mengembalikan ingatan yang sejak tadi menjanggal pikirannya. Sampai kemudian dia menghembuskan nafasnya pelan sebelum dia mulai bicara."Sebenarnya gue bingung kak gimana ceritanya, karna gue sendiri ngerasa gak tau apa² tapi gue dipaksa jadi korban"
Rama diam matanya masih menatap anwar dengan tajam menunggu lelaki itu melanjutkan kalimatnya.
"Gue bingung harus cerita darimana"
"Dari awal" Rama memasang wajah seriusnya memaksa Anwar menceritakan segalanya.
Anwar lagi-lagi menghembuskan nafasnya berat."Gue bisa kenal sama Nara itu awalnya karna kami satu grup waktu MOS disana juga gue kenal Wisnu sama Haikal. dibanding anggota satu grup yang lain kami bertiga cukup dekat walau hanya dalam sehari," anwar menutup matanya sesaat ini sebenarnya bukanlah hal yang menyeramkan hanya saja entah kenapa sulit untuk diceritakan.
Rama masih menunggu Anwar melanjutkan ceritanya, HP nya sudah merekam pembicaraan mereka tanpa sepengetahuan Anwar."Sampai kami juga entah mungkin itu cuma kebetulan kami juga satu kelas,kqyal biasa kami akrab juga sering satu kelompok kalau bikin tugas, kakak pasti tau Nara itu orangnya Ramah, mudah berteman walaupun orangnya terkeaan biasa dia bisa dengan cepat beradaptasi, jujur dari awal gue suka sama Nara, gue bahkan kadang terang² an ngajak dia jalan, begitu juga haikal sama wisnu, sebenarnya kita cuma penasaran cowok kayak apa yang disukai Nara diantara kami bertiga, jadilah terbesit lelucon gila itu, kami" Anwar menggantung ucapannya membuat Rama mengerutkan dahinya tidak sabar menunggu kelanjutannya.
Anwar menghembuskan nafasnya menghioangkan sesak didadanya.
"Kami taruhan" anwar dengan takut takut melihat kearah Rama, namun Rama bahkan tidak bergeming.
"Kami taruhan, siapa diantara kami yang bisa dapatin Nara duluan" Rama mengeratkan rahangnya tidak bisa dipungkiri dia merasa geram bagaimana mungkin orang sebaik Nara dijadikan barang taruhan.
"Lanjutin" Anwar sedikit gemetar bagaimanapun menceritakan semua ini seperti membuka luka lama yang membuat dia trauma.
"Sumpah kak kami gak ada niatan jahat sama Nara , kami cuma mau tau tipe nara itu yang kayak gimana," Anwar menutup matanya dan kembali melanjutkan ceritanya.
"dan dari situ semua hal mengerikan itu terjadi" Anwar terrunduk lesu bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi padanya.
"Sampai akhir ujian semester kenaikan kelas, bahkan Nara gak benar-benar serius nanggepin semua yang kami lakuin buat kedia" Rama hanya diam membiarkan Anwar bercerita sendiri.
"Waktu itu kami nongkrong dibelakang kantin, gak sengaja wisnu ngebahas soal taruhan yang sudah hampir setahun kami lakuin, jujur gue bahkan gak nganggap serius taruhan itu,tapi kami gak tau kalau ada yang nguping obrolan kami jadilah malam mengerikan itu terjadi, kak please gue gak mau nyeritainnya lagi" suara Anwar sedikit bergetar.
"Lanjutin, lo tau sekarang Davi juga dalam bahaya, lo harus cerita supaya kami bisa yakin gimana cara kami nyingkirin mereka" ucap Rama santai.
Anwar menadahkan wajahnya menatap kearah Rama. "Kak Davi juga?" katanya tidak percaya.
"Belom, jangan sampai, sebisanya jangan"
"Oke bakal gue ceritain sampai selesai, semoga ini bisa ngebantu" Rama mengangguk mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Novela Juvenil[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...