Typo bertebaran.
Vote 💋
***
Author POV. . .
Davi menyerjitkan dahinya mencoba mengembalikan kesadarannya setelah pulas tertidur, saat mendengar suara Adzan subuh dari HP nya, matanya menyerjap beberapa kali.
Kemudian duduk ditepi ranjang sambil sedikit merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku lalu berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dan mengambil wudhu.
Selesai sholat subuh dia kembali menghempaskan tubuhnya keatas ranjang mencoba terlelap kembali sebelum nanti harus menjemput Nara, Davi mengambil HP pribadinya diatas nakas berniat memasang alarm tepat jam 7 pagi agar nanti tidak terlambat karna sepengalamannya Nara itu tipe perempuan yang tidak suka ditunggu apalagi menunggu.
Matanya tertuju pada layar HP, sudah ada beberapa chat dan panggilan tidak terjawab sengaja memang semalam dia men-silent benda pipih itu agar tidak mengganggu tidurnya.
Queen: perubahan rencana, jemput jam 7, on time, kita otw pantai 🙌
Davi menyipitkan matanya saat membaca chat dari Nara, bukan apa-apa seharusnya Nara tau dirinya tidak suka air, atau lebih tepatnya air dengan jumlah banyak, dan setahu dan seingatnya dipantai pasti amat sangat banyak air.
Davi : kenapa pantai?
setelah membalas pesan Nara, Davi mengecek beberapa chat dari Rafli.
Rafli Raditiya Zeroun : udah gue ganti, dijamin yang ini gak bakal ketahuan.
Davi tersenyum kecil, bagaimanapun aneh saja rasanya dia meminta seseorang untuk mengawasi pacarnya, yah walaupun itu untuk keselamatan gadis itu sendiri.
Tidak sampai satu menit Davi membalas pesan Nara, sekarang Nara malah menelponnya.
Davi menyentuh layar HPnya dan menggesernya kekanan, mengangkat telpon tersebut.
"HALOO" teriak nyaring Nara membuat Davi menjauhkan telinganya
"Assalamualaikum sayang, jangan teriak-teriak yah, bisa budek ni kakak, gak maukan punya pacar budek?" ucap davi lembut, membuat Nara terkekeh disebrang sana.
"Waalaikumsalam kakang mas Davi ku sayang, udah baca pesan Nara kan?"
Davi terdiam sesaat.
"Iya udah, kita mau kepantai mana?"
"Nanti Nara yang jadi penunjuk jalannya, yang pasti bukan pantai Ancol, haha" tawa Nara menggema dari sebrang sana lagi-lagi membuat Davi menjauhkan telinganya dari HP yang menempel ditelinganya
"Oiya jangan lupa bawa baju ganti, takutnya nanti kita basah-basahan, sampai sini kalau bisa sepagi mungkin" ucap Nara terdengar memaksa.
"Kakak masih pengen tidur, gak kepagian itu jam 7? Jam 9 aja ya?" rengek Davi, benar saja matanya masih ingin mengatup rapat.
"Pokoknya sebelum jam 7 harus udah sampe sini, TITIK, Kakak jangan banyak tetek bengek deh, punya tetek juga enggak" tegas Nara membuat Davi menghembuskan nafasnya pelan, sampai otaknya menyadari satu kalimat janggal dari mulut Nara.
"Apa kau bilang? Nara kau minta di . . ." belum selesai Davi bicara telpon sudah ditutup meninggalkan suara Tut....tut.. Tanda panggilan berakhir, davi menatap cengo kearah HPnya benar saja panggilannya benar-benar terputus.
Mau tidak mau Davi harua segera beranjak kekamar mandi untuk membersihkan dirinya, bagaimanapun dia tidak ingin Nara murka, bisa dibilang Davi akan kebingungan kalau-kalau Nara ngambek lagi dan tidak mau jalan berdua lagi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Roman pour Adolescents[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...