***
Author POV. . . .
"tu orang PMS kali ya? kan seharusnya gue yang marah ini malah dia yang lebih galak" Nara bergumam kecil sambil menunjuk dirinya sendiri berjalan mengekor mengikuti Davi. "gak pengen apa dia ngomong sesuatu gitu ke gue? gak tau apa seharusnya gue yang marah saat ini, Kan gue yang butuh penjelasan, Dasar Gabut"
Buug...
"eth dah idung gue" Nara mengusap-usap hidungnya yang menabrak lengan Davi yang sedang berdiri menyamping "Kalau berenti bilang-bilang dong? kalau hidung Nara jadi pesek gimana?" Rutuk Nara menambah kekesalan yang sejak kemarin ia pendam
Davi menoleh tepat kearah wajah Nara, "mangkanya kalau jalan itu Fokus, lagian juga ini" davi menunjuk kearah hidung Nara "ini bisa dibilang mancung ya??" Davi tersenyum kecil mengejek "Minimalis" kata davi menambahkan, Nara mendengus kesal
"terus ngapain berdiri disini?" Nara celingukan melihat sekelilingnya, Davi sedang berdiri didepan pintu "ini Apartemen kakak?" nara menunjuk kearah pintu "kok gak masuk?"
Davi menoleh kearah Nara dan menunjuk kearah pintu "Buka" kata davi singkat membuat nara terpelongo.
"sesaam buka pintu" Nara sambil mengangkat kedua tangannya "simsalabim"
"Kau sedang apa?" Davi menginstrupsi
"buka pintu? menurut lo?" desus Nara yang masih amat-sangat kesal dengan kelakuan aneh Davi hari ini dan hal bodoh yang sedang ia lakukan sekarang. Davi menghela Napas kasar
"memang ini pakai sensor suara?"
nara menaikkan bahunya "Apartemen siapa minta bukain siapa?" nara membuang muka menghindari tatapan Davi
"kau kan tau passwordnya, cepat buka?"
"mana nara tau? bukan rumah nara?" lagi-lagi nara tidak mau menatap wajah davi
"passwordnya tanggal penting kita" Davi mencoba menurunkan suaranya agar terdengar seperti biasa
"masa? tanggal penting kita atau tanggal penting sama yang lain?"
"jadi kita mau terus berdebat didepan pintu? atau mau masuk dulu?" Nara mengembungkan pipinya seolah menahan napas, dan memperhatikan kepala davi memberi kode nara untuk menekan passwordnya, dengan malas akhirnya Nara menekan passwordnya dan waaalaaah pintu terbuka.
Nara masih mematung didepan pintu
'mau apa ni orang ngajak gue kerumahnya? gue gak bakal di apa-apainkan? kalau ternyata gue dihipnotis buat ngelupain semuanya gimana? eh sejak kapan kak Davi bisa hipnotis orang
Nara termenung asik dengan pikirannya sampai dia merasa keningnya terasa sakit
"aaaau" davi menyentikkan jarinya tepat dikening Nara "jangan banyak mikir, nanti otak mu overload" Nara melongo mendengar kata-kata davi yang langsung masuk kedalam apartemennya "mau sampai kapan kau berdiri disitu? mau jadi patung selamat datang?" kata davi sambil tersenyum jahil
"cih" Nara berdecak kesal percuma rasanya dia merasa kesal karna sepertinya Davi malah menikmati rasa kesal dari Nara. Nara berjalan malas kedalam apartemen, dan menaruh tasnya disofa ruang tengah bisa dia lihat davi sedang menyiapkan gelas dan mengambil air dari dalam kulkas, entah mengapa Nara merasa kangen dengan tempat ini padahal baru sekali ia datang kemari.
Davi meletakkan air diatas meja dan duduk diatas sofa menghadap ke Nara yang asik memandang kearah pintu kamar Davi, Davi mengikuti arah pandangan nara
"Mau berduaan dikamar aja?" davi tersenyum menyeringai, Nara bergedik mendengar kalimat davi "Modus" nara langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu meneguknya dalam sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Подростковая литература[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...