Sudah lima tahun dan senyumnya masih sama. Hangat, membuatku tenang setiap menatapnya. Tubuhnya tegap, tak berubah sedikitpun. Pelukannya yang menenangkan, masih sama.
Nadia adalah sahabatku. Dia harusnya memberitahuku ketika dia bertemu dengan Sekala. Ralat, orang yang mirip Sekala itu. Nadia tahu wajah Sekala, dia sering melihat Sekala menjemputku ketika SMA dulu.
Rasanya aku tidak percaya. Sahabatku sendiri menghianatiku.
Aku menatap buku harian usang Sekala yang ada di atas meja.
"Kenapa kamu datang ke Nadia? Kenapa bukan ke aku? Kenapa kamu jadian sama Nadia sih?!"
Jujur saja, aku masih tidak percaya itu. Bahwa laki-laki yang ada di hadapanku tiga jam yang lalu itu adalah Sekala-nya Nadia. Aku yakin bahwa itu adalah Sekala-ku!
Aku mengambil ponselku. Mencari nomor Sekala lima tahun yang lalu. Ya, aku masih menyimpannya. Tahu-tahu, dia akan menghubungiku, tapi nyatanya tidak.
Dengan sedikit ragu, aku menekan tombol telepon dan menempelkan ponselku ke telinga.
Tersambung!
Ah, kenapa baru sekarang? Kenapa bertahun-tahun yang laku nomormu itu tidak aktif Mahluk Ajaib?!
Tak lama berselang, seseorang mengangkat panggilanku.
"Halo?" ucapnya. Suara bariton itu. Itu suara Sekala-ku!
"Sekala? Ini Sekala ya? Sekala Ajinegara?" tanyaku memastikan.
"Benar, saya sendiri," sahutnya. "Ini siapa ya?"
"Aku Aluna!" seruku di dalam kamar. "Pac--Eh, cewek yang kamu temui tadi di dermaga."
"Oh, Aluna," jawabnya lembut. "Kenapa telpon saya?"
Aku mengusap tengkukku. Sebenarnya aku tidak tahu untuk apa aku menelponnya. Tujuanku adalah memastikan bahwa dia adalah Sekala-ku dan aku tidak mungkin mengatakan hal itu kepada Sekala.
"Eh, ini, aku mau minta maaf soal tadi," ucapku mencari alasan.
Dia terdengar tertawa kecil. "Iya enggak apa-apa. Ngomong-ngomong dari mana kamu dapat nomor saya?"
Aku terdiam selama beberapa saat. Tidak mungkin aku berkata bahwa ini adalah nomor Sekala yang dulu. Dia saja tidak mengingatku.
"Apa Nadia yang ngasih kamu?" tanyanya lagi karena aku hanya diam.
"Iya, Nadia yang bagi," jawabku sekenanya.
"Ya sudah, saya tutup dulu teleponnya ya?"
"He'em."
Sambungan telepon itu akhirnya berakhir. Sekala-nya Nadia benar-benar Sekala-ku. Dia adalah kekasihku.
Tapi kenapa Sekala tidak mengenaliku?
Kenapa dia melupakanku?
[.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindumu
Short Story[BOOK 2] Read HEARTBEAT first! "Jika kamu, Gayatri kedua-ku, Cataluna Renata, membaca catatan ini. Itu tandanya, aku, Sekala Ajinegara, sudah kembali ke dalam masa penantian panjang. Menanti Gayatri-ku yang lain lagi. Walau sesungguhnya aku tak mau...
