⏩ Aluna : Dia Pacarku ⏪

2.5K 459 27
                                    

Aroma teh melati yang baru saja diseduh menyerbak memenuhi ruang tamu rumah ini. Aku sedang berkunjung ke rumah Gideon, dia baru saja memberi rumah baru dan mengajakku datang ke rumahnya.

"Jadi cowok yang nemenin kamu di depan kantor itu Sekala? Pacar kamu yang ngilang entah kemana gitu dan sekarang gandeng Nadia?"

Aku mengangguk pelan. Kalimatnya itu seolah-olah Sekala adalah laki-laki yang tidak baik. "Dia lupa sama aku."

Gideon tersenyum sinis. "Lupa atau pura-pura lupa?"

"Dia kena amnesia makanya dia ke psikiater," jelasku. Sepertinya Gideon tidak suka dengan Sekala.

"Dan psikiater itu Nadia?"

Gideon meletakkan cangkir teh panas itu di hadapanku. Dia kemudian menarik kursi, hendak duduk di hadapanku tetapi suara bel pintu membuatnya mengurungkan niat.

"Bentar," ucapnya lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Hai, Gee!" seru seorang wanita dari balik pintu, aku tidak bisa melihatnya karena terhalangi tubuh Gideon.

"Ayo masuk, Nad dan..."

"Sekala," sahut seorang pria di sana.

Lalu Gideon menyingkirkan tubuhnya dari pintu. Memberi jalan bagi Nadia dan Sekala untuk masuk. Aku tidak menyangka Gideon juga mengundang mereka berdua, padahal tadi sepertinya dia tidak menyukai Sekala.

"Hai,  Luna!" sapa Nadia seraya tersenyum girang.

Aku hanya tersenyum nipis sambil mengangguk pelan.

"Hai, Al," sapa Sekala lalu duduk tepat di samping Nadia.

"Eh, Gee, gue bawa Sekala sekalian soalnya dia yang jemput gue," jelas Nadia. "Enggak apa-apa 'kan?"

Gideon tersenyum tipis seraya mengangguk kaku. Benar saja, dia tampak tidak senang dengan kehadiran Sekala di sana walaupun ada Nadia sekalipun.

Mereka berdua duduk di hadapanku. Hanya kami bertiga. Gideon sedang mengambil cangkir tambahan di dapur. Tangan Nadia bergelayut manja di lengan Sekala seraya memainkan ponselnya. Dia juga  menyenderkan kepalanya pada bahu Sekala dan laki-laki itu baik-baik saja.

Apa dia bilang kemarin? My heart is beating hard when I'm with you? Cih, benarkah itu?!

Huft, baiklah, kamu bisa menahannya, Aluna.

"Lun, lo balikkan lagi sama Gideon?" tanya Nadia tiba-tiba saja. Membuatku yang sedang kesal menatap mereka berdua menjadi salah tingkah sendiri.

"Apa? Balikkan? Enggak, Nad, dia temen gue. Udah kaya kakak sendiri," jawabku. Balikkan bagaimana? Aku sendiri masih tidak tahu bagaimana cara melupakan Sekala yang sekarang sedang menjadi sandaran Nadia itu.

"Kenapa? Kalian berdua cocok tahu!" ucap Nadia sedikit kompor.

"Balikkan? Aluna sama Gideon pernah pacaran?" tanya Sekala yang sedari tadi hanya diam.

Nadia mengangguk. "Iya, mereka pacaran waktu si Aluna sama aku masih SMA! Berapa tahun ya? Lama deh pokoknya! Si Luna dulu setia banget nungguin Gideon balik."

Okay, kali ini Nadia benar-benar kompor.

"Gideon emang kerja apa dulu?"

"Dia kerja di kapal gitu. Pelayaran pokoknya. Sampai sekarang juga, dia lagi ambil cuti kayanya makanya ada di sini," jelas Nadia.

"Kamu tahu banyak ya, Nad," celetuk Sekala.

"Ya lumayan lah. Itu aja tahu gara-gara si Luna dulu cerita," sahut Nadia.

Sekala tersenyum tipis seraya menatapku sendu. Tatapan seperti... ya, begitulah. Entah sedih, kecewa atau bagaimana. Ingin rasanya aku menyumpal Nadia dengan teh panas yang ada di cangkirku, agar dia diam dan berhenti berbicara tentang aku dan Gideon di hadapan Sekala.

"Lun, emang lo enggak bosen jomblo bertahun-tahun?" tanya Nadia lagi.

Aku menggeleng. "Enggak, biasa aja."

"Lo enggak suka sama cowok gitu? Tapi jangan pacar gue ya?"

Sekala tampak tersenyum sedikit lebar. Dia tampak berusaha menyembunyikan itu. Matanya tertuju padaku. Dia tersenyum padaku.

Aku hanya diam. Tak menggubris Nadia dan hanya membalas senyuman Sekala itu.

Aku jatuh cinta pada seorang pria sejak lama sekali.

Dan maaf, sebelum menjadi pacarmu, dia adalah pacarku.

Jauh sebelum hubunganmu dan dia dimulai.

Dan belum ada kata usai di antara kami.

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang