💧Did You Really Give Up? 💧

1.8K 322 8
                                    

Deburan ombak yang menghujam batu-batu karang itu menemani Sekala dan Gayatri yang kini duduk di tepi dermaga tua. Dermaga ini sudah tidak digunakan lagi tapi jaraknya juga tidak terlalu jauh dari dermaga baru.

"Ini mungkin terakhir kalinya saya menemui kamu," ucap Gayatri seraya menatap Sekala yang ada di hadapannya kini. "Setelah Mas Gilang kembali, saya mungkin tidak bisa menemui kamu lagi."

"Ya, memang seharusnya kamu tidak menemui saya lagi."

"Kalau begitu, bisakah saya memeluk kamu? Pelukkan terakhir?" pinta Gayatri seraya menatap Sekala penuh harap. Berharap laki-laki itu mengabulkan permintaannya.

Sekala tersenyum simpul lalu mengangguk.

Dengan menahan rasa sesak yang ada di dadanya, Gayatri memeluk Sekala dengan erat selama beberapa saat. Mencoba menerima kenyataan bahwa dirinya dan laki-laki ini tidak mungkin bersama.

"Gayatri, ayo pulang."

Suara bariton itu membuat Gayatri segera melepaskan pelukkannya dan menengok ke arah belakang. Laki-laki bersepatu kulit lembu itu tiba di sini lebih cepat beberapa hari sepertinya.

"Mas Gilang?"

Cepat-cepat Gayatri bangkit dan berlari ke arah suaminya itu.

"Mari pulang," ajak Gilang sambil tersenyum tipis seraya menarik tangan Gayatri. Dia tidak mengindahkan Sekala yang masih berada di sana.

Gilang segera membawa Gayatri kembali ke rumah dengan kuda cokelatnya. Dia segera membawa gadis itu ke ruangan pribadinya. Genggaman tangan Gilang itu membuat tangan Gayatri memerah karena emosinya yang mulai memuncak itu.

"Kamu sepertinya sangat marah," ucap Gayatri seraya mengusap pergelangan tangannya.

"Kamu kira suami mana yang tidak marah ketika istrinya bersama laki-laki lain?" Gilang tersenyum getir. Menahan semua rasa pahit yang selalu ia pendam sejak berbulan-bulan yang lalu.

"Maaf."

Gayatri hanya menunduk. Tidak berani menatap Gilang yang amarahnya sudah berada di ubun-ubun itu.

"Gayatri, jika kamu masih mencintai Sekala, kenapa kamu menikah dengan saya?" Gilang meraih bahu Gayatri lalu menatapnya sendu. "Kamu bilang kamu menyerah, tapi yang saya lihat tadi apa?"

"Maaf."

Lagi-lagi hanya itu jawaban dari semua pertanyaan yang memuncak di kepala Gilang.

"Saya benci kata maaf itu."

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang