Hari itu, Sekala masih seperti orang linglung. Semuanya terasa asing baginya. Kedua pasangan lansia yang mengaku sebagai orang tuanya saja, dia tidak tahu.
Setidaknya, jika mereka benar-benar orang tuanya, Sekala akan mengingatnya walau hanya sedikit. Bahkan sikapnya kepada mereka cenderung dingin, jika ia benar-benar putra mereka, setidaknya ada ikatan batin yang membuatnya merasa dekat dan nyaman. Namun ini tidak.
Rudianto Ajinegara dan Roswita Sekarningrum.
Sekala sangat asing dengan kedua orang itu.
Sampai akhirnya karena saran dokter, kedua orang tuanya itu memanggil seorang psikiater dan psikiater itu adalah Nadia. Perlahan namun pasti ingatan Sekala kembali dalam bentuk mimpi.
Namun anehnya, latar mimpi itu bukanlah gedung-gedung besar, melainkan sebuah rumah di dekat laut dengan kapal-kapal pedagang besar bersandar di dermaga. Mereka menjual rempah-rempah, sutera, dan lainnya. Ada pedagang arab, pedagang cina, orang portugis dan belanda, dan masih banyak lagi.
Itu membuat kepala Sekala semakin pening. Lalu pada sebuah mimpi, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Gayatri. Putri salah seorang bangsawan padjajaran.
"Maaf, Mbak Nadia--"
"Nadia saja," koreksi Nadia.
"Apa kamu kenal Gayatri?" tanya Sekala yang baru bangun dari hipnoterapinya itu.
Nadia menggeleng. "Enggak, kenapa emangnya?"
"Entah kenapa saya merasa ada dia berada di sekitar sini," jawab Sekala. "Tapi latar tempat saya bermimpi itu sekitar lima ratus tahun yang lalu."
Nadia tersenyum.
Hari berganti dan mimpi Sekala seperti lanjutan dari mimpi sebelumnya. Semuanya seperti alur yang menjadi satu cerita dan dia mulai memahami itu. Hingga pada suatu malam, orang tua Sekala meminta Nadia datang ke rumah. Sekala tidak ingin pergi ke klinik saat itu, jadi mereka memutuskan untuk memanggil Nadia.
Saat itu Sekala terpejam. Tenggelam dalam mimpinya hingga sebuah sentuhan membuatnya tersadar. Ada sebuah bibir yang mengecup pipinya. Sekala masih terpejam, dan ia pikir, itu adalah ibunya. Namun setelah mendengar orang itu bersuara. Sekala segera membuka matanya.
"Love you," bisiknya tepat di samping telinga Sekala.
"Nadia?"
Sekala kemudian duduk dan menatap Nadia heran. Jelas saja gadis itu jadi sakah tingkah. Jelas-jelas ia tertangkap basah.
"Eh, maaf kalo kamu jadi keganggu," ucap Nadia sambil mengusap tengkuknya.
Sekala kemudian bangkit dan tanpa aba-aba dia mengecup kening Nadia. Membuat gadis itu terkesiap.
"Saya enggak tahu harus percaya sama siapa, tapi saya percaya sama kamu, Nad."
"Sekala?"
"Ya?" jawab Sekala seraya tersenyum tipis.
"Can you say, you love me too?"
Nadia mengigit bibir bawahnya memainkan jemarinya. Dia tidak percaya dirinya melakukan ini.
"Kenapa?"
"Karena aku suka kamu," ucap Nadia frontal.
"Bukannya kalimat itu harusnya diucapkan jika kamu mencintai orang lain?" Sekala kembali bertanya.
Nadia mengangguk. "Do you love me?"
Sekala menggeleng. "Maaf."
Nadia meraih tangan Sekala lalu menggenggamnya penuh harap.
"Just try it with me. Kalo dalam sebulan kamu masih enggak cinta sama aku, kita bisa putus."
Dan begitulah kisah mereka dimulai.
[.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindumu
Short Story[BOOK 2] Read HEARTBEAT first! "Jika kamu, Gayatri kedua-ku, Cataluna Renata, membaca catatan ini. Itu tandanya, aku, Sekala Ajinegara, sudah kembali ke dalam masa penantian panjang. Menanti Gayatri-ku yang lain lagi. Walau sesungguhnya aku tak mau...
