⏩ Aluna : Seperti Dulu ⏪

2.5K 449 24
                                        

Mengecewakan memang saat mengetahui bahwa Sekala melakukan hal itu karena Resha yang memberitahunya. Tapi setidaknya, itu mungkin bisa membuat Sekala mulai mengingatku perlahan.

Hari-hariku di kantor menjadi lebih menyenangkan. Apalagi aku dan Sekala berada di tempat yang sama, walaupun posisiku dan dia sangat ketimpang jauh.

Sekala adalah seorang CFO dan aku hanyalah seorang auditor internal biasa.

Ya, setidaknya aku memiliki alasan untuk menelpon atau mengiriminya pesan singkat. Aku berharap Nadia tidak memeriksa ponselnya.

Baiklah, kembali ke rutinitasku. Menatap layar laptop dan mengejar deadline laporan. Keluar kantor sambil membawa payung berwarna merah jambu lalu nongkrong di cafe sembari menikmati caramel frappucino.

Senang rasanya melihat Sekala setiap hari seperti ini. Walaupun dia mengenalku sebagai orang lain, mengenalku dari awal lagi.

Kali ini aku berjalan menuju kantor setelah membeli beberapa kopi, untukku dan titipan pastinya. Orang-orang di kantor terlalu takut dengan deadline, tidak sepertiku yang masa bodo. Apalagi atasanku sekarang adalah Sekala.

Ini masih musim penghujan jadi setiap hari hujan walaupun hanya gerimis kecil. Sepatu yang kukenakan saat ini cukup licin, walaupun hak yang kukenakan tidak terlalu tinggi juga. Apalagi untuk lantai kantor yang hampir setiap jam dipel.

Aku melangkahkan kakiku cukup tergesa-gesa. Apalagi ponselku yang terus muncul notifikasi dari mereka yang memesan kopi. Mereka mungkin tidak tau rasanya berjalan di lantai dengan sepatu berhak yang cukup licin.

Dan...wusshh!

Nyaris saja aku terjatuh!

Nyaris!

Namun ada sebuah tangan yang menahanku. Menahan tanganku yang membawa banyak gelas berisi kopi lebih tepatnya. Syukurlah, kakiku tidak keseleo, aku tidak terjatuh dan kopi-kopi itu baik-baik saja. Ya, hanya sedikit tumpah.

"Hati-hati makanya," omel orang yang menahan tanganku tadi.

Damn! Itu adalah Sekala!

"I..iya, Pak, maaf," sahutku. Dia atasanku dan tidak sopan bila aku langsung memanggil namanya.

Sekala terkekeh. "Panggil saya Sekala saja."

"Tapi saya enggak enak sama karyawan lain," jawabku seraya mengusap tengkuk.

"Panggil saja saya Sekala. Seperti yang kamu lakukan dulu, Aluna."

Sekala tersenyum manis sebelum akhirnya berjalan meninggalkanku. Aku terpaku sejenak, dia masih malaikat pelindungku. Sekala masih ada di sekitarku walaupun dia melupakanku.

Tapi... tunggu sebentar.

Dulu?

Apa yang ia maksud dengan kata 'dulu' itu?

Aku baru bertemu dengan dirinya lagi seminggu yang lalu dan ia lupa siapa diriku.

Dan kata dulu tidak cocok untuk mendeskripsikan sesuatu yang terjadi kurang dari satu bulan.

Sekala, apa ingatanmu mulai kembali?

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang