⏩ Aluna : Jahat ⏪

2.4K 465 27
                                    

Tak seperti biasanya, wajah Sekala tampak lebih mendung. Dia tak menyapaku ataupun karyawan lainnya. Ia hanya diam dan berlalu menuju ruangannya sambil memijit keningnya. Mungkin ia sedang sibuk atau banyak pikiran.

"Res, Sekala kenapa ya?" tanyaku heran. "Biasanya jam segini dia ngajak gue makan siang, terus biasanya kalo lewat gitu kan sering nyapa kita, tadi enggak. Mukanya juga kusut gitu."

"Kan Pak Sekala itu--" Resha menatapku sebentar. Lalu menghembuskan napasnya asal. "Lo sih pake acara left grup WA segala, jadi kudet deh."

"Huh? Emang ada apa?" tanyaku penasaran.

"Jadi--"

"Eh itu pacarnya Pak Sekala tumben dateng ke kantor," celetuk Riko, teman kantorku yang mejanya tepat berada di samping Resha.

Mata kami semua segera tertuju pada Nadia yang berjalan dengan senyum sumringah di wajahnya. Dia tampak tergesa-gesa melangkahkan kakinya menuju ruangan Sekala.

Setelah tiba di sana, ia menarik Sekala ke dalam pelukkannya. Kami bisa melihatnya karena dinding ruangan itu adalah kaca. Tak lama kemudian Nadia menarik Sekala keluar dari ruangannya dan berdiri tepat di tengah-tengah ruang kerja kami.

"Ayolah, sayang," bujuk Nadia seraya bergelayut manja di lengan Sekala. Merayu laki-laki itu entah untuk apa.

Sekala menatap aku dan rekan-rekanku sejenak lalu menundukkan kepalanya dan menghela napasnya berat.

"Saya akan menikah dengan Nadia, sekitar tiga minggu dari sekarang. Mungkin bisa lebih cepat," ucap Sekala yang membuat orang-orang yang berada di ruangan itu tampak syok.

Aku bahkan limbung, nyaris jatuh jika Resha tidak menahannya. Mata Sekala kemudian terarah kepadaku. Mataku ini sudah berkaca-kaca.

Sekala dan Nadia menikah?

Benarkah?

Katakan padaku ini adalah sebuah mimpi!

Kumohon!

Nadia tampak tersenyum senang kemudian mengecup pipi Sekala sekilas sebelum akhirnya pergi meninggalkan kantor.

Mata pria itu masih menatapku sendu. Aku tidak bisa menyembunyikan air mataku yang perlahan jatuh terus menerus. Kau tahu rasanya? Rasa sakit itu menusuk dalam ke relung hatiku. Bahkan hingga ke setiap ujung tubuhku, semua terasa sakit.

Akupun segera pergi dari tempat itu. Melangkahkan kakiku secepat yang kubisa. Menghapus air mataku agar sebisa mungkin tak terlihat. Aku bahkan tidak bisa bernapas, rasanya begitu sesak.

"Aluna!"

Sebuah tangan menahanku. Mencoba menghentikan langkahku dan mendorongku ke tembok. Aku masih menunduk, untuk apa dia mengejarku. Dia bahkan tidak mengingatku dan hatinya juga bukan untukku.

"Aluna, dengar penjelasan saya dulu," ucapnya sambil menahan tanganku ke tembok.

"Kenapa aku harus dengerin penjelasan kamu? Toh, aku bukan siapa-siapa kamu 'kan?" sahutku, masih tak mau menatapnya. Air mataku sudah mengalir deras bahkan menetes ke lantai.

"Kamu sahabat saya, Aluna," ucap Sekala yang membuat hatiku semakin pilu. Sahabat? Dia bilang sahabat?

Aku hanya diam tak menjawab. Rasanya ini lebih menyakitkan.

"Ayah saya sakit. Tiga minggu lagi dia akan operasi pengambilan tumor di otak dan sebelum itu, dia ingin melihat saya menikah," jelas Sekala. "Mungkin kamu marah karena kamu bukan orang pertama yang saya beritahu."

"Permisi."

Nada dingin itu mengakhiri percakapanku dan Sekala. Aku kemudian berlalu dari hadapannya dan pergi keluar dari kantor. Namun, sebelum aku pergi, sepertinya aku mendengar Sekala bergumam pelan.

"Maaf, Aluna. Sebenarnya saya tidak tahu menganggap kamu apa. Saya hanya... tidak ingin kehilangan kamu."

Kurang lebih seperti itu yang ditangkap oleh telingaku. Haruskah aku berteriak di telingamu agar kamu sadar?

Aku duduk sambil memeluk lututku di depan kantor. Seperti orang hilang yang tak tahu arah tujuan. Aku menangis di sana, beberapa orang menghampiriku dan bertanya tapi aku tak menggubrisnya.

"Sudah aku kira kami bakal kaya gini, Nat."

Sebuah suara bariton terdengar jelas di telingaku. Aku mengangkay kepalaku. Menatap Gideon yang juga berjongkok di hadapanku.

"Sakit 'kan, Nat?"

"Gideon..."

Refleks, dia segera meraihku ke dalam pelukkannya. Mengusap rambutku perlahan, membiarkan ku menangis sejadinya.

"Sesuai perkiraan, adik kecil Gideon ini akan nangis gara-gara cowok bernama Sekala."

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang