⏩ Aluna : Alasan ⏪

2.4K 443 10
                                    

Ini kesekian kalinya aku berada di dalam mobil Sekala. Sebenarnya aku bertanya-tanya, darimana dia mendapatkan semua ini. Apalagi menjadi seorang CFO. Sekala yang kukenal dulu lebih suka berlayar menjelajahi lautan daripada mengurus laporan keuangan.

Kami sedang menuju ke klinik tempat Nadia bekerja. Aku sudah duduk di bangku belakang, jadi tidak perlu pindah lagi nanti. Sekala tidak bercerita tentang mimpinya kali ini. Mungkin dia tidak bermimpi tentangku semalam, atau mungkin Nadia yang melarangnya bercerita kepadaku.

"Sekala?"

"Ya?"

Sekala menatapku melalui kaca spion bagian dalam.

"Maaf ya kalo enggak sopan, tapi sebenernya aku penasaran kenapa kamu pergi ke psikiater. Secara kamu kayanya normal-normal aja," tanyaku hati-hati.

Sekala tersenyum tipis. "Sebenarnya itu masalah pribadi. Saya dan keluarga orang tua saya."

Keluarga? Setahuku dia sebatang kara di dunia ini. Apa reikarnasi secepat itu?

"Ah, enggak usah cerita kalo gitu. Aku jadi enggak enak," ucapku seraya mengusap tengkuk.

"Enggak apa-apa, Aluna," sahutnya tenang. "Saya percaya sama kamu."

Aku mencondongkan tubuhku ke depan. Berusaha menatap wajah Sekala, lagipula ini masih lampu merah. Lampu hijaupun sepertinya juga masih tetap akan berhenti.

"Sudah lima tahun belakangan ini saya hilang ingatan setelah pergi berlayar. Saya dulunya bekerja pada sebuah kapal pesiar, tapi karena badai kapal itu tenggelam. Beruntungnya saya selamat. Kurang lebih itu yang dikatakan kedua orang tua saya. Saya bahkan tidak ingat mereka siapa dan masa lalu saya. Mereka juga bilang saya seperti orang asing."

Sekala diam sejenak. Melajukan mobilnya kembali menuju klinik Nadia.

"Saya datang ke psikiater karena saya merindukan masa lalu saya. Setiap malam saya merindukan seseorang, tapi entah siapa."

Aku tersenyum tipis. You miss me, and I miss you so bad too.

"Ah iya, sebenarnya saya  penasaran kenapa kamu tiba-tiba peluk saya di dermaga," ucap Sekala. Dia sepertinya enggan menceritakan ceritanya lagi. Apalagi ini sudah hampir sampai klinik Nadia. Bisa gawat jika gadis itu mendengar Sekala bercerita.

"Lima tahun yang lalu aku punya pacar. Namanya juga Sekala. Dia semacam alien entah darimana. Dia bisa menghilang, dia juga punya kekuatan super. Lalu karena kesalahanku, dia enggak pernah kembali lagi," jelasku. "Lalu kamu datang. Hari itu tepat lima tahun yang lalu aku dan Sekala bertemu. Kamu itu mirip banget sama dia. Bedanya cuma, kamu enggak kenal aku."

"Dan kamu masih nungguin dia sampai sekarang?" tanya Sekala.

Aku menggeleng.

Dia sudah datang, tepat di depan mataku.

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang