🔥 Sekala : Kejam 🔥

1.8K 387 36
                                        

Tiga hari yang lalu, aku kembali dari Italia bersama dengan Mas Adinata dan awak kapal kami dengan selamat. Ayah, ibu, Mas Hermawan, Mbak Hanum, semua orang begitu senang melihat kami kembali. Perut Mbak Hanum itu kini sudah membuncit dan membuat tubuh kecilnya kelelahan.

Sayangnya ada yang kurang hari itu. Tak ada Gayatri di sana. Ya, dia pasti tidak tahu aku akan pulang tapi aku yakin dia akan senang ketika melihat aku kembali. Aku sudah membeli beberapa barang yang mungkin ia akan sukai, hiasan rambut berwarna merah ini misalnya.

Saat ini aku sedang mengendarai kuda bersama Mas Hermawan. Dia bilang dia hendak mengajakku untuk bertemu dengan Gayatri. Aku membawa hiasan rambut berbentuk bunga mawar itu untuk diberikan kepadanya. Mas Hermawan bilang, Gayatri tidak berada di Griya Laksmi maupun Kencana Putra kali ini.

Berjalanan kami cukup jauh, melewati beberapa desa dan juga hutan. Hingga akhirnya berhenti di sebuah rumah yang tampak masih baru. Kami berdua kemudian masuk ke sana dan beberapa orang seperti tampak terkejut melihat kehadiran kami.

Aku menatap sekeliling. Rumah ini cukup luas, juga indah. Beberapa bunga di tanam di sana bermekaran, seperti di Griya Laksmi. Kayu-kayu jati itu juga tampak kokoh menopang.

Mas Hermawan kemudian berbicara kepada seorang laki-laki yang ada di sana. Laki-laki itu tinggi, dia juga cukup rupawan. Dia juga sepertinya seumuran denganku. Mungkin salah satu saudara Gayatri. Setelah berbincang sejenak dengan Mas Hermawan, laki-laki itu kemudian menghampiriku.

"Kenalkan, saya Gilang Derangga Onodiraji," ucapnya memperkenalkan diri seraya tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya kepadaku.

Aku membalas senyumnya dan menjabat tangan laki-laki itu. "Sekala Ajinegara."

"Saya dengar kamu salah satu teman dekat Gayatri, tapi kamu tidak bisa datang ke pernikahan kami karena sedang berlayar," ucapnya tanpa menurunkan senyum, tapi kalimat itu membuat tubuhku seperti tersambar petir seketika. "Saya juga senang berlayar, mungkin kita bisa pergi bersama suatu hari nanti."

"Pernikahan?" tanyaku memastikan. Apa Gayatri benar-benar menyerah?

"Ya," dia mengangguk mantap. "Kami menikah sebulan yang lalu."

Aku hanya tersenyum tipis. Tenanglah Sekala, anggap saja semua ini hanya mimpi belaka. Kau pasti akan segera terbangun.

"Mas Gilang."

Suara lembut itu membuatku dan laki-laki itu menatap ke arah sumber suara. Suara itu, benar-benat suara Gayatri dan gadis yang ada di hadapanku kini. Gadis berkebaya merah itu... benar-benar Gayatri.

Dia tampak terkejut melihat keberadaanku di sana, lalu dia menatap ke arah laki-laki yang ia panggil Gilang tadi.

"Bisa tinggal saya dan Mas Sekala sebentar?" pintanya dan laki-laki itu mengangguk menyetujui sebelum akhirnya masuk.

Kami saling menatap. Hanya hening yang terjadi selama beberapa menit. Jika benar Gayatri-ku ini sudah menikah dengan orang lain, kenapa laut tidak menelanku saja waktu itu?

"Ini yang kamu inginkan, bukan?" tanyanya dengan bibirnya yang gemetar. Memecah keheningan yang terjadi di antara kami.

Aku tatap matanya dan mata bundar itu sudah siap menjatuhkan segala kepedihan yang selama ini gadis itu pendam. Aku hanya menatapnya, sama pedihnya.

Aku mengulurkan tanganku. Memberanikan diri memakaikan hiasan rambut yang kudapatkan jauh dari sini itu. Dia hanya diam dan menunduk. Samar-samar aku bisa melihat dia mengigit bibir bawahnya.

"Selamat," ucapku sambil mencoba memaksakan senyuman.

"Kenapa kamu begitu kejam?"

Aku kemudian merengkuhnya ke dalam pelukkanku. Memeluknya dengan erat dan seketika itu juga, tangis gadis itu pecah.

Dia menangis. Gayatri menangis karena aku. Dia memukul-mukul dadaku berulang kali sambil terus menangis.

"Kenapa kamu begitu kejam kepada saya?" tanyanya, dia menyandarkan kepalanya di dadaku. Perlahan tangannya berhenti memukul dadaku dan meremas pakaianku.

Aku hanya memeluknya dengan erat. Tak ada sepatah katapun yang layak aku katakan kepadanya. Aku memang memintanya menikah dengan orang lain, tapi bukannya aku seharusnya senang karena itu akan terjadi?

Lalu kenapa rasanya begitu pilu.

"Saya sudah tahu semuanya dari Mas Hermawan dan Mas Adinata." Gadis itu berucap lagi dengan suara paraunya. "Kenapa kamu begitu kejam kepada saya?!"

"Maafkan saya karena terlalu mencintaimu, Gayatri."

Dan sayangnya, pengakuanku itu terlalu terlambat.

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang