💧 Nadia 💧

2.3K 442 20
                                    

Aluna tahu, itu pasti menyakitkan bagi Nadia. Gagal menikah padahal semuanya sudah siap. Dia dan Sekala terus memikirkannya. Setelah ini, mereka akan pergi untuk menemuinya.

Hari ini mereka berdua sedang berada di rumah sakit. Bersama dengan ibu Sekala, Aluna dan Sekala menunggui ayahnya yang sedang menjalani operasi di dalam sana. Ada sedikit penyesalan dalam diri Sekala. Bukan karena dia tidak menikah dengan Nadia, tapi karena dia tidak bisa menepati janji kepada ayahnya.

Satu hal yang Sekala harapkan sekarang, semoga ayahnya baik-baik saja.

"Aluna, saya pergi dulu ke Nadia?"

"Buat apa?" tanya Aluna penasaran, seperti sedikit pencegahnya.

"Saya mau mencari tahu, apa dia baik-baik saja," jawab Sekala.

Aluna menatapnya berat, lalu mengangguk.

Sekala tersenyum tipis lalu mengusap rambut Aluna perlahan. "Saya akan segera kembali."

Setelah berucap demikian, Sekala pergi meninggalkan rumah sakit itu. Laki-laki itu pergi menuju klinik kesehatan jiwa tempat Nadia bekerja. Benar saja, gadis itu berada di sana. Duduk melamun di meja kerjanya, Sekala hanya tersenyum tipis.

"Nadia?" sapa Sekala seraya mendekati gadis itu perlahan.

"Kenapa kamu ke sini?"

Mata Nadia tertuju pada Sekala yang kini berada di hadapannya.

"Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," jawab Sekala. "Saya takut kamu depresi."

"Ternyata kamu masih peduli sama aku."

Nadia tersenyum tipis lalu bangkit da berdiri tepat di hadapan Sekala. Dia meraih tangan Sekala lalu menggenggamnya dengan erat.

"Kenapa?" ucapnya yang membuat dahi Sekala berkerut tipus, namun tak ingin berbicara.

"Kenapa kamu ninggalin aku?" sambungnya. "Kenapa Aluna?"

Nadia memeluk Sekala dengan erat lalu menyandarkan kepalanya di dada laki-laki itu. "Kita baik-baik aja sebelum kamu kenal Aluna."

"Nadia--"

"Tiga tahun, Sekala. I do love you, and you too," bisik Nadia seraya mengeratkan pelukannya.

"Nadia--"

Sekala hendak mendorong tubuh gadis itu menjauh tapi Nadia justru menggeleng dan semakin mengeratkan pelukkannya.

"You are mine."

"Nadia, cukup!"

Sekala mendorong tubuh Nadia. Membuat gadis itu sedikit mundur. Nadia menatapnya sendu.

"Kamu berubah," desis Nadia.

"Ingatan saya sudah kembali. Saya bukan Sekala-mu lagi, saya milik Aluna sekarang."

Sekala kemudian pergi meninggalkan gadis itu. Membuatnya luruh ke lantai dan mulai menangis histeris sambil berteriak.

[.]

RindumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang