Sudah hampir tujuh bulan tapi baik Mas Hermawan maupun Mbak Kesuma masih belum mengabariku tentang Sekala. Mereka bilang Sekala belum kembali.
Mereka bilang Sekala pergi ke Cina bersama salah seorang teman Mas Adinata bernama Jaka. Sudah terlalu lama dia pergi. Setiap aku datang mengunjungi Kencana Putra atau Griya Laksmi, aku selalu merindukannya. Aku rindu melihatnya berkuda atau bermain pedang.
Kain yang ia pakai ketika mengikat lenganku yang terluka bahkan masih kusimpan beserta kebaya robek itu. Aku selalu mencium benda itu ketika aku merindukan Sekala di sini.
Kali ini aku berada di perpustakaan. Tempat dimana buku-buku milik Mas Gilang di simpan. Aku menemaninya membaca buku, dia sering bercerita tentang buku yang sedang ia baca. Seperti mendongeng.
Ya, aku buta huruf.
"Mas, waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke Cina itu berapa lama?" tanyaku pada Mas Gilang yang sedang menata buku-bukunya yang entah apa itu.
"Sekitar dua sampai tiga bulan untuk tiba di sana," jawab Mas Gilang tanpa menatapku. Dia masih sibuk dengan buku-bukunya.
"Berarti butuh sekitar empat sampai enam bulan untuk pergi-pulang?" tanyaku memastikan.
Dia mengangguk lalu memutar tubuhnya ke arahku setelah selesai merapikan buku-bukunya.
"Ya, tapi biasanya orang-orang baru kembali enam setengah bulan kemudian," jelasnya lagi lalu menepuk-nepukkan kedua tangannya, membersihkan debu. "Kamu tidak mungkin datang ke sana tanpa keperluan lalu pulang begitu saja ketika tiba." Dia tertawa kecil.
Dengan kata lain enam setengah bulan adalah waktu terlama. Lalu Sekala? Dia sudah hampir tujuh bulan tapi tidak kembali-kembali. Apa dia terlalu betah di sana? Pikiranku mendadak semrawut.
"Kenapa memangnya?" Kini Mas Gilang balik bertanya. Dia menatap lurus ke arahku. Membuatku sedikit gugup, bingung hendak menjawab apa.
"Ah tidak, sesekali saya ingin pergi berlayar," alibiku. Walaupun sebenarnya aku juga ingin pergj berlayar ke Cina lalu mencari Sekala dan membawa laki-laki itu kembali ke sini.
"Tiga bulan lagi saya akan pergi ke Siam, kamu mau ikut?" tawarnya seraya tersenyum dan meraih tanganku lalu mengusapnya.
"Hmm, satu bulan lagi sepertinya ada acara di rumah Sekala. Mas Gelar pasti sedang repot," aku mengusap tengkukku. Untung saja, sekitar satu bulan lagi Mbak Sari, istri Mas Gelar akan melahirkan sehingga ada alasan agar aku tidak pergi bersama Mas Gilang.
"Keponakan saya banyak sekali ternyata." Dia mengangguk mengerti lalu mengusap wajahnya. "Banyak yang harus saya beli untuk oleh-oleh nanti."
Aku terkekeh. "Kamu sepertinya harus membuat daftar, Mas."
Dia tersenyum lalu mengusap rambutku pelan. "Jaga diri kamu baik-baik ketika saya pergi nanti."
Aku mengangguk.
Aku bisa menjaga diriku, tapi maaf... hatiku ini tidak bisa kujaga baik-baik.
Dia tetap bukan untukmu walaupun waktu sudah berlalu cukup lama.
Sekala masih di sana.
Bukan kamu.
[.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindumu
Short Story[BOOK 2] Read HEARTBEAT first! "Jika kamu, Gayatri kedua-ku, Cataluna Renata, membaca catatan ini. Itu tandanya, aku, Sekala Ajinegara, sudah kembali ke dalam masa penantian panjang. Menanti Gayatri-ku yang lain lagi. Walau sesungguhnya aku tak mau...
