2. Wali Kelas

7.2K 418 29
                                    

Kenapa warna kulit harus dipermasalahkan?
Hitam, putih sama saja.
Jika kamu pikir itu beda, maka kamu tak layak di bumi.

-Kurang Cantik-

***

"Selamat pagi!" seru seorang guru yang baru saja memasuki ruang kelas.

"Pagi pak!" balas siswa bersamaan.

"Kalian sudah kenal Bapak kan?" tanya guru itu percaya diri.

"Belum..." "Sudah..." seru siswa yang berbeda jawaban, tetapi bersamaan.

"Oh ada yang belum, ada yang sudah ya? Baik, Bapak akan memperkenalkan diri dulu, bagi yang belum tau harap dengar baik-baik." ucapnya sambil berjalan menuju depan, tengah kelas. "Nama Bapak Edi, mengajar pelajaran biologi."

Semua siswa hanya mengangguk pelan, sebagai jawaban.

"Hari ini kita tidak akan belajar dulu ya, karna Bapak juga sedang malas." ucapnya sambil tertawa, mengundang siswanya untuk ikut tertawa juga.

"Eh Renata ya?!" Pak Edi menunjuk antusias salah satu siswinya.

"Iya pak, saya Renata. Kenapa?"

"Kamu kelasnya di sini?"

"Iya pak."

"Horee, akhirnya bapak jadi wali kelas kamu!" seru pak Edi kegirangan.

"Emang dia kenapa pak?" teriakan dari cowok yang duduk di ujung jauh dari pintu kelas mengundang perhatian. Perawakan dia pendek, rambut berjambul, dan warna kulit gelap. Siapa lagi jika bukan Vino Gunawan.

"Item gak cantik, buat apa bapak bangga punya siswi kayak gitu?" lanjutnya kejam.

"Eh! Item-item, kamu juga sama aja Vino. Sadar!" timpal Pak Edi.

"Tapi kan sama manis pak!" timpal Vino pe-de sambil menaik turunkan alis.

"Manis darimana?"

"Dari hatimu!" jawabannya sukses mengundang suara tawa pecah dalam kelas.

Sementara pak Edi bergidik ngeri di gombalin anak didiknya, terlebih dia laki-laki.

"Eh iya, bapak kenapa tau nama saya? Emang sih, saya tenar abis! Muka kan saya ganteng! "

"Enak aja!" timpal pak Edi langsung. "Kamu itu terkenal karena kamu bocah sontoloyo, nakal, pendek, hidup lagi!" cibir Pak Edi sukses memecah suara tawa dalam kelas kesekian kalinya.

"Eh pak, Renata juga. Udah hitam, jelek, rambut kusut, hidup lagi!" Vino mencoba membela diri.

"Tapi dia pintar" bela pak Edi. "Renata punya segudang prestasi, gak kayak kamu.

"Ih bapak pilih kasih, saya juga terkenal dengan bakat main gitarnya kok!"

"Oh begitu ya?"

"Iya dong pak!" Vino masih saja membanggakan dirinya. Tak mau kalah dalam perdebatan ini, apalagi ini menyangkut harga dirinya.

"Iya deh-iya." Pak Edi menyerah menghadapi satu siswanya yang memang terkenal sangat cerewet. "Semoga kamu nyaman di kelas ini ya Renata." ucapnya sambil tersenyum ke arah Renata.

"Iya Pak, terimakasih." jawab Renata sambil melemparkan senyum.

"Eh Pak kenapa ke dia aja? Ke saya sama yang lainnya kok nggak dibilangin kayak gitu? Bapak pilih kasih nih!" protes Vino tak terima.

"Baik Vinooo..." Pak Edi menghela nafas panjang. "Semoga VINO dan semuanya nyaman di kelas ini yaaa!" serunya, penuh penekanan ketika menyebut kata 'Vino'

Kurang CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang