15. Tamparan Renata

4.5K 285 6
                                    

Berfikirlah sebelum bertindak. Jika tak mau akhirnya menyesal karena tindakan yang dilakukan tanpa berfikir.

-Kurang Cantik-

***

Renata kini terlihat tidak fokus dalam mengikuti pelajaran bu Sri. Kejadian Yuda ditinju berulang kali oleh Rendi terus berputar di otaknya.

"Baik anak-anak silahkan kerjakan lima soal ini!" kata bu Sri, selaku guru kimia setelah menuliskan soal di papan tulis.

"Baik bu!" semua siswa menjawab lalu mulai mencatat.

"Renata!" panggil Bu Sri.

Renata yang sedang melamun hanya diam, tak merespon.

"Renata?" panggil Bu Sri lagi dari meja guru.

Masih tak ada jawaban namun, kali ini Tarisa memukul teman sebangkunya itu.

"Ren bu Sri manggil!" bisik Tarisa saat Renata menatapnya.

"Oh," Rwnata yang kaget langsung mengalihkan pandangannya pada bu Sri. "Ada apa ya bu?" tanyanya.

"Sini dulu sebentar!" ucap Bu Sri.

Renata yang merasa memiliki kesalahan karena melamun saat kelas berlangsung, melangkah ke meja guru dengan hati-hati.

"Iya bu?" tanya Renata saat sudah berhadapan dengan guru kimianya.

"Kamu bisa tolong ambilkan ibu minyak kayu putih ga? Kepala ibu agak pusing." kata Bu Sri sambil memijat-mijat pelipisnya.

Mendengar itu Renata menghela nafas lega. "Iya bisa bu." katanya sambil tersenyum.

"Ya udah tolong ya!"

"Iya bu." Renata pun melangkah keluar kelas menuju UKS yang berada di dekat lapang.

Saat sudah mendekat, tiba-tiba Rendi dengan beberapa lebam di wajahnya keluar dari UKS.

Renata kini melangkah lebih cepat mendekati cowok yang tersenyum padanya.

"Hei mau kemana?" tanya Rendi ramah sambil menarik tangan gadis yang berlalu dingin melewatinya.

Saat berbalik, tanpa berfikir panjang  Renata mendaratkan tamparan keras di wajah cowok itu.

"JANGAN GANGGU GUE! Gue gak mau punya kenalan orang kayak lo!" maki Renata seakan tak sudi bicara pada cowok itu.

Rendi yang merasakan panas di pipinya menatap tajam gadis itu.

"Lo gak boleh seenaknya tampar gue kayak gini!" amarah Rendi yang tadi sempat berhenti kembali meluap.

Renata terdiam menatap rakut cowok di depannya.

"LO GAK BERHAK TAMPAR GUE! LO BUKAN SIAPA-SIAPA GUE!" Rendi berseru keras sambil mencengkram lengan atas Renata dengan kasar, membuatnya meringkuk ketakutan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Eh Rendi-Rendi!" mendadak kakak kelas, lebih tepatnya teman sebangku Rendi bernama Nico datang dan menarik tubuh temannya.

"Lo kenapa sih?" tanya Nico yang memiliki wajah oriental itu.

"Gue mau ke kelas." Rendi menghepaskan tangan Nico yang berada di pundaknya lalu berlalu pergi.

"Eh kalian kenapa sih?" tanya Nico pada Renata yang mendadak menjadi patung.

"Kenapa? Cerita aja." bujuk Nico agar gadis itu mau bercerita.

Namun, Renata hanya diam. Ia kaget dengan kejadian tadi. Kedua kalinya di hari yang sama, Rendi berubah menjadi sosok menyeramkan.

"Ish conge nih anak!" maki Nico lalu pergi menyusul Rendi yang menghilang di belokan koridor.

"Kayaknya gue ngelakuin kesalahan fatal." ucap Renata pada dirinya sendiri sambil berjalan dengan langkah gemetar memasuki UKS.

UKS tampak koosong, tak ada petugas disitu. Renata pun segera mengambil pesanan gurunya lalu kembali ke kelas dengan rasa penyesalannya.

"Ini bu!" Renata amenyerahkan minyak kayu putih pada gurunya.

"Loh kok lama?" tanya Bu Sri yang sudah mulai mengoleskan minyak kayu putih di pelipismya.

"Iya maaf bu, tadi saya ke toilet dulu." tentu saja ia berbohong.

"Oh ya udah makasih ya!"

"Iya bu." balas Renata lalu melangkah menuju bangkunya. Baru saja ia duduk, bel tanda pelajaran telah selesai berbunyi.

"Sudah selesai tugasnya?" Bu Sri bertanya.

"Belum buuuu!" semua siswa kompak menjawab.

"Ya sudah kalau gitu, kalian selesaikan di rumah. Minggu depan dikumpulkan!" kata Bu Sri sambil keluar membawa beberapa buku di tangannu.

"Terimakasih bu!" semua siswa nenjawab dengan girang, akhirnya mereka bisa bernafas setelah belajar  kimia.

"Eh Ren, soal nomor tiga gimana sih?" Tarisa yang mentok mengerjakan soal nomor tiga bertanya pada teman sebangkunya.

Renata hanya diam, melamun.

"Ren!" kali ini Tarisa menyenggol tangan sahabatnya.

"Eh kenapa Tar?" tanya Renata kaget.

"Ish lo lagi ada masalah ya?"

"Eh nggak, gue gak ada masalah." elak Renata.

"Ah boong, lo lagi mikirin keadaan Yuda ya?" tanya Tarisa lagi.

Benar juga, tadi Renata sempat melamunkan keadaan Yuda tapi, kenapa sekarang Rendi yang mendominasi pikirannya?

"Tenang aja, Yuda pasti gak apa-apa!" Tarisa memcoba menenagkan pikiran sahabatnya yang terlihat kacau itu.

Renata hanya tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Eh eh guys!" Daniar berbalik menghadap meja Renata dan Tariasa. Lily juga ikut-ikutan.

"Ternyata berita soal pertengkaran di kantin tadi udah tersebar sampe BK!" seru Daniar heboh.

"Oh iya? Terus-terus Yuda dapet hukuman apa?" Vino mendadak gabung.

"Yey nimbrung aja lo!" ledek Daniar.

"Eh udah-udah, buruan kasih tau hukumannya apa?" Lily tak kalah semangatnya.

"Skors dua hari!" seru Daniar.

"Ah yes yes gue gak harus liat mukanya!" Lily tampak gembira.

"Eh-eh terus kalo kak Rendi hukumannya apa?" Tarisa bertanya penasaran.

"Dia juga skors."

"Dua hari?" tanya Lily memastikan.

"Seminggu." jawab Daniar yang ekspresinya mendadak sedih.

"Ih kok gak adil?" Lily peotes.

"Abisnya kak Rendi katanya udah sering ngelangar aturan. Tadinya sih mau di drop out tapi berhubung doi mau lulus. Jadi skors aja deh seminggu."

"Oh gitu." ucap Lily dan diangguki yang lain.

"Eh btw lo tau darimana?" tanya Vino penasaran.

"Makanya punya banyak temen! Gue tau dari temen gue yang sekelas sama Yuda!" jawab Daniar.

"Oh gitu." Vino nganguk-ngangguk.

"Selamat siang anak-anak!" suara Pak Wisnu selaku guru seni budaya membuat gerombolan-gerombolan siswa dalam kelas kembali ke bangkunya masing-masing.


Kurang CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang