Dalam suatu hubungan perlu adanya keterbukaan. Selain kepercayaan, yang satu ini tidak kalah penting.
-Kurang Cantik
***
Renata melangkah menuju parkiran untuk pulang bersama Zee yang sedang menunggu dalam mobil
"Ren!" tiba-tiba saja dari belakang seseorang menarik tangannya supaya berbalik. "Rendi!" Renata kaget sekaligus bingung dengan kehadiran cowok tampan satu ini.
Rendi tersenyum manis. "Pulang sama gue ya?"
"Sorry, gue gak bisa. Kakak gue udah nunggu." Renata menunjuk mobil merah yang sudah diisi sang kakak.
"Kakak lo?" Rendi menaikan sebelah alis, meminta penjelasan lebih.
"Iya, seangkatan sama lo namanya Zee."
"Zee?"
"Iya, Zefanya."
"Oh Zefanya itu kakak lo?" tanya Rendi langsung dibalas anggukan kecil. "Zefanya!" Rendi kini berjalan mendekati pintu mobil lalu mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Perlahan kaca itu turun. "Rendi!" Zee terlihat antusias karena untuk pertama kali dalam hidupnya dia melihat Rendi tersenyum begitu manis dan bersahabat. Biarpun sewaktu kelas sepuluh mereka sekelas, tapi Zee tak pernah melihat bibir Rendi melengkung ke atas seperti ini. Ya, Rendi memang terkenal punya sifat dingin makanya gak heran saat itu dia diberi julukan 'kulkas berjalan'.
"Lo kakak Renata?" tanya Rendi to the point.
"I-iya, emang kenapa?" Zee balik bertanya sambil melirik sekilas ke arah adiknya yang berdiri tepat di samping kulkas berjalan. Hehe canda kulkas.
"Oh artinya lo calon kakak ipar gue?!" Rendi tiba-tiba mengulurkan tangan dan langsung disambut bingung oleh Zee. "Ha? Hahaha... g-gue kakak ipar lo?" tanyanya diiringi tawa garing, bingung juga jawab apa.
"Iya, hm kak Zefanya, gue izin anter pulang Renata ya?" Rendi mendadak sok manis.
"Kak Zefanya?" Zee masih shock dengan situasi ini. "Boleh?" ulang Rendi lagi.
"Ha? I-iya boleh!" balas Zee sambil garuk-garuk kepala, bingung.
"Tuh, boleh! Ayo!" ucap Rendi sambil meraih tangan Renata.
"Eh tunggu-tunggu! Kalian pacaran?" tahan Zee terlanjur penasaran.
"Nggaklah!" bantah Renata langsung.
"Bentar lagi, lo gak sabar ya punya adik ipar tampan kayak gue?" tanya Rendi pe-de jiwa sambil senyum lebar, memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.
Zee lagi-lagi tertawa garing sementara Renata melotot kesal dengan tingkah Rendi siang ini.
"Udah ya, kita pamit dadah Zefanya!" ucap Rendi seraya menarik gadis kesayangannya.
"Ish gila, Rendi beneran bucin?!" tanya Zee tak percaya sambil geleng-geleng kepala.
***
"Nih pake helm!" Rendi memberi helm cokelat pada Renata.
"Ren, ini helm baru? Helm lo satu kan kemarin ada di rumah gue."
Rendi tersenyum tipis. "Gak marah lagi niiihhh?" godanya sambil menaik turunkan alis.
"Ih apa sih! Sok asik!" cibir Renata sambil menaruh kembali helm ke atas jok motor dan hendak berjalan pergi namun, Rendi segera menahan tangannya. "Mau kemana sih? Gak usah buru-buru, kita ngobrol dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...