Selesaikan dulu masalahmu baru datang lagi padaku. Akan kuberi jawaban yang bisa membuatmu bahagia.
-Renata Teresia
***
"Rendi mana ya?" Renata bertanya pada diri sendiri ketika tidak mendapati Rendi di atap sekolah.
"Katanya dia nunggu disini." ia sekarang mengeluarkan ponsel dan mulai mengetik nama Rendi di layar, ya tadi yang menelpon adalah Rendi dan tentunya Renata sudah menyimpan nomornya.
Saat sudah menekan tombol hijau, gadis itu mendekatkan ponsel ketelinganya. Tersambung lalu berdering.
Sebuah alunan nada telpon masuk tiba-tiba terdengar.
"Loh? Kok ada suara telpon." Renata mencoba memfokuskan pendengarannya dan menemukan asal sumber suara, tempat Rendi biasanya duduk.
Kakinya kini melangkah kesana dan mendapati tas Rendi tergelatak disitu tanpa tau dimana pemiliknya. Ia pun membuka bagian depan tas itu dan mendapati ponsel Rendi.
"Dia kemana sih? Kok handphone-nya ditinggal." Renata langsung memutus sambungan telpon.
Ingatanmya tiba-tiba melayang pada kejadian sewaktu masih duduk dengan Rendi di meja yang sama. Saat Rendi memaksanya menuliskan nomor di ponsel itu. Ya, Renata juga ingat dengan sosok gadis berseragam SMP yang merangkul Rendi dan tersenyum ke arah kamera.
"Kenapa gue bisa lupa soal itu sih." Renata merutuki dirinya yang pelupa.
"Gue harus cek lagi." kini ia mencoba memasukan password yang dulu sempat diberitahu Rendi. Nol empat kali. Terbuka, tampaklah walpaper yang masih sama disana.
"Mereka punya hubungan apa sih?" tanpa disadari air matanya sudah menggenang ketika melihat secara detail kedekatan dua remaja itu.
"Ren!" suara berat Rendi terdengar dari belakang membuat gadis itu langsung menekan tombol di samping ponsel untuk mematikannya dan mengusap air matanya sebelum jatuh kemudian berbalik.
"Eh Rendi, ini hp lo." ia menyodorkan ponsel itu.
"Kok ada di lo?"
"Iya, ta-tadi gue nelpon terus suaranya muncul dari tas lo jadi gue cek." jawab gadis itu terdengar gemetar.
"Oh terus itu mata lo kenapa? Kayak abis nangis."
"I-iya nih gue kelilipan! Disini banyak debu." Renata mengucek-ngucek matanya, mencoba menyempurnakan kebohongannya.
Rendi mengangguk, tak mau memperpanjang lagi.
"Eh tadi, katanya lo mau ngomong sesuatu. Ngomong apa?" tanya Renata.
"Hm..." Rendi memasukan ponsel ke dalam saku celana dan menatap gugup gadis di depannya.
"Ngomong aja, gue dengerin kok.".
"Hm, gue mau tanya. Hubungan lo sama Yuda sebenarnya apa? Akhir-akhir ini gue liat kalian makin deket."
Renata menatap Rendi dengan tatapan bingung seolah menunggu cowok itu bicara lagi.
"Iya, maksud gue lo pacaran sama Yuda ya?"
"Ha? Ng-nggak, gue gak pacaran sama Yuda." Renata langsung membantah.
"Tapi bukannya lo suka sama Yuda?"
"I-itu dulu." Renata terlihat berusaha supaya tak ada salah paham antara mereka.
"Terus sekarang lo sukanya sama siapa?" tanya Rendi to the point.
Renata segera mengalihkan tatapannya seolah tak berani menatap lawan bicaranya.
"Gue pengen tau." lanjut Rendi.
"Hm, gu-gue lagi gak suka sama siapapun." jawabnya berbohong.
Rendi terlihat kecewa lalu mengangguk kecil. "Gue kira selama ini bukan cuman gue yang ngerasain soal ini."
"Ha? So-soal apa?" Renata kembali menatap lawan bicaranya, terlihat gugup dan salah tingkah sekarang.
"Soal perasaan."
"Ma-maksudnya?"
"Gue suka sama lo, Renata."
Pernyataan cowok itu kini sukses membuat gadis di depannya diam mematung.
"Gue gak tau sejak kapan, tapi sejak pertama kali kita ketemu gue udah yakin lo itu perempuan baik. Gue percaya lo bisa bawa perubahan untuk hidup gue. Lo punya energi positif yang buat siapapun nyaman ngobrol atau bahkan cuman sekedar berdiri di samping lo. Gak butuh waktu lama, buat nyadarin gue kalo lo itu istimewa." mendadak Rendi jadi terbuka soal perasaannya. Soal apa yang ia rasakan sejak pertama kali bertemu gadis itu.
Renata hanya bisa diam meresapi semua ucapan manis dari cowok di depannya. Sederhana, tapi bisa buat siapapun meleleh mendengarnya.
"Gue..." Rendi terlihat sangat gugup sekarang.
"Gue mau kita coba jalanin hubungan yang baru. Bukan soal Rendi atau Renata, tapi soal hubungan yang udah jadi kita." ia kini meraih tangan gadis itu untuk digenggamnya erat-erat.
Renata hanya bisa diam merasakan dinginnya tangan Rendi. Menikmati tatapan mata teduh yang berhasil membuatnya terpikat.
"Lo mau jadi pacar gue?" Rendi akhirnya menarik kesimpulan atas semua ucapan manisnya kali ini.
Mendengar itu, Renata langsung menarik tangannya dari genggamn Rendi.
"Gak, gak bisa. Rendi sama Renata gak akan pernah jadi kita. Lo udah punya pacar, Rendi."
"Pa-pacar? Siapa?" cowok itu jadi bingung sendiri.
"Iya, cewek di walpaper hp lo!"
Rendi mengkerutkan dahi lalu mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu hingga layarnya menampilkan sebuah walpaper yang membuat matanya mendadak sendu.
Mendapati ekspresi Rendi, seolah memperjelas semuanya. Ada sesuatu antara Rendi dan gadis itu.
"Rendi, lo gak boleh suka sama gue." ucapnya terdengar pelan.
"Lo urus dulu hubungan lo sama cewek itu. Kalian akrab banget, gue gak mau jadi perusak dalam hubungan kalian." lanjutnya lalu pergi meninggalkan Rendi yang masih diam ditempat sambil menatap layar ponsel dengan tatapan sedih
"Rifka." ia mengucapkan nama itu pelan sambil mengelus lembut rambut gadis itu lewat layar menggunakan ibu jarinya.
-
-
-Nah-nah Rifka siapa?
Eh untuk yang udah pernah baca dan lagi baca ulang. Tolong jangan komen spoiler ya😂Ternyata, tidak semudah itu ferguso untuk menyatukan mereka
Tunggu kelanjutannya.
See you!
14-05-2018/19-05-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...