Keliatannya semua baik-baik saja. Dia tangguh. Dia kuat. Dia hebat. Kenyataanya salah, dia rapuh dan butuh tempat bersandar.
-Kurang Cantik-
***
Renata memasuki gerbang SMA Pandawa dengan langkah lemas, kejadian kemarin masih berputar di pikirannnya. Lapang kini terlihat sepi dan di beberapa tempat ada genangan air mungkin efek hujan tadi subuh.
Gadis itu kini melangkah memasuki koridor.
Brukkk...
Seseorang menabraknya dari belakang. Renata yang merasa sakit di pundak segera memandangi cowok yang melintas begitu saja. Rendi, cowok itu tanpa minta maaf mulai menjauh."Bukannya dia di skors?" Renata bertanya pada diri sendiri.
Karena penasaran, Renata mengikuti cowok itu yang ternyata mulai menaiki anak tangga menuju rooftop sekolah.
"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Rendi tiba-tiba saat sudah tiba di atap.
Renata yang bingung menjawab segera membalikan tubuhnya mencoba kabur.
"Mau kemana?" tanya Rendi lagi, kali ini ia sudah berbalik menghadap lawan bicaranya.
Renata pun sama, ia berbalik lalu menatap Rendi sambil tersenyum kikuk.
"Ngapain lo ngikutin gue?" Rendi mengulangi pertanyaan pertamanya.
"Hm i-ituu..." Renata bungung menjawab.
Rendi hanya diam, dengan tatapan tajam dan sangat dingin.
"Gu-gue mau cari angin!" ucap Renata sambil tersenyum salah tingkah.
Rendi yang seakan sudah tak tetarik mengobrol lagi memilih menaruh tasnya di bawah lalu tangannya mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya. Asap langsung keluar dari batang rokok itu. Rendi yang seakan tak bersemangat langsung mengisapnya.
"Eh lo jangan ngerokok!" tegur Renata.
Rendi diam.
"Udah di skors malah ngerokok lagi! Gue laporin lo!" ancam Renata.
Rendi masih diam.
"Ini sekolah ya, jangan seenaknya!"
Rendi menghisap lagi rokoknya. Sekakan tak mendengar omelan gadis di depannya.
"Ish susah dibilangin!" Renata mendekati cowok itu dan langsung menarik rokok di tangannya lalu menginjaknya.
"Sial!" seru Rendi.
"Apa?" Renata bertanya seolah tak takut pada cowok di depannya.
Rendi menghela nafas. "Sekarang lo pergi dari sini!" usirnya.
"Gak mau!"
"GUE BILANG PERGI!" Rendi berseru kasar sambil mendorong tubuh cewek itu.
Renata yang merasakan sakit di pundaknya bertambah segera pergi. Ternyata Rendi memang benar-benar sudah berubah.
Hari ini sepanjang kelas, kosentrasi Renata menjadi tak jelas. Ia terlalu sibuk memikirkan keadaan Rendi. Kenapa Rendi bisa semarah itu, apa karena akibat ia menamparnya kemarin.
Renata juga semakin membulatkan tekadnya untuk meminta maaf soal kesalahannya kemarin.
"Ren kenapa sih dari tadi lo kayak gak fokus gitu belajarnya?" tanya Tarisa saat bel istrirahat sudah berbunyi.
"Ha? Masa sih?" Renata balik bertanya sambil memasukan bukunya ke kolong meja.
"Iya, lagi ada masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Roman pour AdolescentsSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...