Hallo guys!
Ayo dong jangan jadi silent readers. Komentar sesuka hati kalian. Biar ke push ini semangat aku. Kalo semangat kan jadi rajin updateSelamat membaca...
***
Membangun hubungan itu perlu yang namanya keterbukaan. Jangan ada rahasia, karena itu akan berdampak buruk untuk kedepannya
-Kurang Cantik.
***
Renata baru tiba di sekolah, saat berjalan di koridor sendirian matanya tak sengaja menangkap sosok Rendi yang berhenti tepat di depannya.
"Ke-napa Ren?" tanya Renata gugup karena jarak mereka cukup dekat terlebih lagi kejadian kemarin masih berputar dalam otaknya membuat pipinya jadi merah layaknya tomat.
"Hm, gue mau ucapin makasih buat kemarin." jawab Rendi.
"Oh iya sama-sama." Renata menggaruk lehernya yang sebenarmya tidak gatal, hanya pengalihan saja dari kegugupannya.
Hening sejenak, situasi mendadak jadi canggung.
"Hm, gue duluan ya." ucap Rendi sambil meneruskan langkahnya.
"Eh bentar Ren!" seru Renata membuat cowok itu kembali berbalik.
"Kenapa?"
"Ada yang mau gue tanyain."
"Soal apa?"
"Hm... Soal Rifka, sebenernya gue udah penasaran sih dari kemarin. Sebenernya dia siapa?" tanya Renata takut-takut.
"Lo tau Rifka?" Rendi terkejut mendengarnya.
"Iya tau, kemarin kan eyang putri sebut-sebut namanya. Tapi gue cuman tau nama doang sih, gak tau dia siapa." jawab Renata terus terang.
"Oh." Rendi mengangguk.
"Jadi Rifka itu siapa?" tanya renta lagi membuat Rendi diam sejenak.
Matanya oun kini menatap manik mata gadis di depannya. "Sorry Ren kayaknya gue belum siap untuk cerita soal ini."
"Loh kenapa gak bisa? Dia orang dari masa lalu lo?" tebak Renata membuat Rendi jadi bungkam, sekarang ada kesedihan di balik matanya.
"Lo be-lum bisa lupain dia?" tanya Renata lagi dengan suara gemetar, takut jika apa yang ia tebak adalah benar. Bagaimana jika Rendi masih memiliki perasaan untuk Rifka? Lalu apa maksud Rendi menyatakan perasaannya waktu itu?
"Ren, ayo cerita soal hubungan lo sama Rifka?" Renata semakin memaksa agar cowok itu mau menjelaskan semuanya.
"Sorry Ren, gue belum bisa." Rendi menunduk, suaranya terdengar sendu.
"Kenapa? Kenapa gak bisa?"
"Gue ke kelas dulu Ren." ucap Rendi seakan ingin menghindar dari arah pembicaraan ini.
"Tunggu Ren!" Renata menahan cowok itu agar tak pergi. "Lo harusnya cerita soal Rifka, lo kemarin kan nyatain perasan lo ke gue. Tapi nyatanya lo belum bisa lupain masa lalu lo? Lo mau mainin gue?" tanya Renata tak kalah sendu.
Rendi semakin bungkam, entah apa yang ada dipikirannya sekarang.
"Lo keterlaluan Ren gak mau cerita soal ini."
"Sorry." hanya kata itu yang berhasil lolos dari mulut Rendi.
"Ya udah kalo gini terus, mending kita gak usah ngobrol dulu." ucap Renata yang secara tidak langsung telah memutus hubungan kedekatannya dengan Rendi. Ia kali ini terlalu lelah dengan rahasia besar milim Rendi. Menurutnya hubungan itu diperlukan yang namanya keterbukaan.
***
Pagi dihari berikutnya, Renata melangkah keluar dari kelas menuju ruang guru karena Pak Edi memerintahkannya untuk mengambil buku absensi di ruang guru.
Saat melewati pertigaan koridor yang salah satunya menuju perpustakaan, kakinya terhenti karena suara seruan dari seseorang.
"Lo gak berhak dapetin dia!" seruan itu berasal tepat dari dalam koridor, mungkin ia sedang berdiri di taman kecil depan perpustakaan.
"Suaranya kayak...." Renata memastikan kecurigaannya dengan mengintip lewat tembok lorong. Benar saja, itu suara Rendi yang sedang menatap tajam mata Yuda.
"Terus lo pikir, lo berhak?" tanya Yuda seakan tak mau kalah.
"Setidaknya gue lebih berhak, gue gak bajingan kayak lo!"
"Maksud lo apa? Lo mau mulai bahas soal Rifka lagi?!" tanya Yuda dengan mata memerah menahan marah.
"Iya, lo dulu sakitin Rifka. Apa namanya itu kalo bukan bajingan?!"
Yuda menggeram marah. "Dari awal gue udah bilang, gue gak pernah ada perasaan sama dia!" serunya penuh penekanan di setiap kata.
"Ya terus buat apa lo kasih harapan ke dia?!"
"Ya itu karna dia punya hubungan sama lo!"
Rendi tertawa sinis mendengar jawaban itu.
"Waktu itu, Rifka kebaperan gara-gara gue baik sama dia! Lo kan yang nyuruh gue baik sama dia?!" tambah Yuda mempejelas bahwa memang ada sesuatu antara Rendi, Yuda dan juga Rifka di masa lalu.
"Yud, gue emang nyuruh lo baik sama Rifka, tapi gue gak nyuruh lo kasih harapan!" Rendi maju selangkah memperdekat jaraknya dengan Yuda.
"Udah gue bilang ratusan kali Ren! Gue gak pernah kasih harapan! Rifka yang kebaperan sampai akhirnya dia nembak gue di depan semua orang, terus gue tolak mentah-mentah, ilfiel gue sama cewek kayak gitu!" seru Yuda seakan muak dengan semuanya.
Rendi yang tersinggung langsung melayangkan tinjuan pas di rahang kiri Yuda membuatnya hampir terjatuh. "Stop bicara hal buruk tentang Rifka! Dia udah pergi gara-gara lo!"
Yuda yang kini merasakan perih di pipinya, menatap tajam lawan bicaranya. "Dia pergi karena ulahnya sendiri." ucapnya dan berhasil mendapat satu tinjuan lagi dari Rendi.
"BAJINGAN!" seru Rendi sebelum akhirnya pergi darisana meninggalkan Yuda yang terlalu sombong tak mau mengakui kesalahannya.
Bukannya menjerit kesakitan, Yuda justru tertawa. "Rendi! Lo lupa apa? Lo juga ada sangkut pautnya atas kepergian Rifka! Lo yang suruh gue buat baik sama dia!"
Rendi terdiam sejenak mendengarkan ucapan Yuda sebelum akhirnya pergi lagi meninglkan Yuda yang sebenarnya masih kesakitan berkat tinjuannya.
Sementara Renata yang tadinya mengintap langsung buru-buru pergi dari sana agar tidak ketahuan.
"Sebenarnya Rifka itu siapa sih?" Renata jadi semakin penasaran dengan gadis yang satu ini.
-
-
-Maap kalau jarang update ya
Apa nih kelanjutannya?
Apa Rendi mau cerita?
Atau Renata justru pergi dari hidupnya?
Terus Yuda gimana nasibnya?Tunggu jawabannya di part selanjutnya❤
See you!
11-06-2018/29-06-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...