Terkadang ucapan atau candaan yang di anggap biasa saja, akan dengan mudah melukai hati orang lain.
-Kurang Cantik-
***
Renata berjalan masuk lewat lapangan seperti biasa, di samping lapang ada Yuda dan teman-temannya terkecuali Vino. Mereka sedang asik memperhatikan siswa lain bermain bola.
"Yuda, tuh calon doi lu lewat masa ga di sapa?" goda Hendra yang berhasil membuat Renata diam-diam tersenyum kecil mendengarnya.
"Iya kemarin kan udah minta nomor nya. Jangan-jangan tadi malem udah vc-an lagi!" Gilang ikut-ikutan.
Yuda hanya diam, hingga Renata melewatinya.
"Yud anter sampe kelas atuh!" Hendra bersuara lagi.
"Iya, masa dibiarinin lewat gitu aja!" kata Gilang.
Yuda kini menghela nafas.
"Lo pada kenapa sih?! Kan kalian yang suruh gue minta nomornya gara-gara main TOD kemarin gue dapet dare!" suara Yuda terdengar kesal.
"Lagian mana ada sih yang mau sama dia. Jalan bareng aja malu." nada suara Yuda terdengar sinis dan berhasil membuat Renata melangkahkan kakinya lebih cepat.
Gadis itu kini berbelok menuju toilet. Ditatapnya dirinya depan cermin. Kulitnya gelap, kusam tak terawat dan rambutnya mengembang tak karuan. Seperti tidak disisir. Mendadak air matanya berhasil lolos namun, ia segera mengusapnya khawatir ada yang melihat.
"Yuda, lo harusnya gak boleh ngomong sekasar tadi." katanya, wajahnya memerah menahan emosi.
Renata menunduk sebentar, mengendalikan amarahnya lalu mengangkat kepala dan melempar senyum sinis pada cermin.
"Apa gue seburuk itu?" air mata kembali lolos dari matanya.
Ketika sedang terbenam dengan kesedihannya mendadak suara langkah kaki yang ingin masuk toilet terdengar dan berhasil membuatnya mengusap air mata lalu segera melangkah keluar.
Kakinya melangkah lebih cepat, rasa kesal tadi menjalar di tubuhnya. Yuda, sebenarnya ucapanmu tadi berhasil menjatuhkan mental seorang gadis.
"Eh Ren, tumben dateng pas bel udah bunyi." kata Tarisa yang sibuk mencatat sesuatu sambil menikmati coklat di tangan satunya.
"Iya, tadi ada masalah sedikit."
"Masalah apa?"
"Ada lah, gak perlu tau. Gak penting."
"Oh ya udah." Tarisa melanjutkan pekerjannya.
"Itu tugas kimia ya?" Renata bertanya.
"Iya, tadi malem gue gak sempet ngerjain jadi sekarang deh."
"Oh, itu buku siapa?"
"Buku Lily."
"Lily yang ngerjain?"
"Ha? Ya nggak lah Ren, dia liat dari Ilham. Kalo Lily yang ngerjain tepuk tangan deh gue!" ejek Tarisa sambil tertawa.
"Eh jangan ngeremehin ya!" Lily berbalik menatap kedua temannya yang sedang menggosipkan dirinya. "Gue juga bisa, tapi tadi malem ketiduran!"
"Ah alesan!" timpal Tarisa yang masih fokus dengan kegiatan menulis.
"Ish beneran!" Lily mencoba meyakinkan.
"Masa?" goda Tarisa.
"Lama-lama nyebelin juga nih anak!" Lily yang berniat menarik bukunya gagal karena ditahan tangan Tarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...