Perubahan adalah obat terbaik untuk patah hati.
-Kurang Cantik-
***
Beberapa hari setelah kejadian pertengkaran Rendi dan Pak Yanto. Kini cowok itu tak pernah tampak di sekolah sepertinya ia mulai menurut pada hukumannya.
Renata yang baru saja tiba di rumah segera keluar dari mobil sang kakak.
"Bii!" Renata memanggil asisten rumahnya saat baru saja membuka pintu.
"Iya non?" seorang wanita parubaya mendekat sambil lari terpogoh-pogoh
"Paket aku udah dateng belum bi?"
"Oh iya, sebentar non!" Bi Minah mendekati meja putih yang rapat dengan tembok lalu mengambil bungkusan kotak berwarna cokelat.
"Ini non!" katanya sambil menyerahkan kotak tersebut.
"Oke, makasih ya bi!" Renata tampak girang saat menerimanya.
"Iya non, kalo gitu bibi lanjut beres-beres di belakang ya!"
"Iya bi!" Renata mengangguk sambil tersenyum lalu segera pergi.
"Eh paket apaan tuh?" mendadak Zee datang dari belakang.
"Kepo!" balas Renata yang segera pergi menaiki anak tangga menuju kamar.
Saat baru tiba di kamar, dengan terburu-buru ia membuka bungkusan paket miliknya. Tampaklah kotak yang awalnya tertutupi oleh bubble wrap sebagai pengamannya.
Renata kini membuka kotak berwarna hitam yang diatasnya bertuliskan sebuah merek bertinta emas mengkilat, tampak mewah dan elegan. Setelah terbuka, tampaklah jam yang warnanya senada dengan kotaknya. Benar-benar indah.
"Mudah-mudahan dia suka." katanya sambil tersenyum.
Kini ia segera mendekati meja belajarnya memotong pita merah lalu miengikatkan pada kotak jam tersebut.
Renata berharap orang itu akan menyukai hadiah ulang tahun darinya. Ini pertama kalinya ia memberikan sesuatu untuk seorang pria.
***
Hari ulang tahun Yuda telah tiba. Ini sudah hari kelima semejak Yuda di skors. Tentu saja Yuda sudah masuk tiga hari belakangan ini.
Pulang sekolah adalah waktu yang tepat. Dengan langkah cepat gadis itu menuju parkiran berharap pujaan hatinya belum pulang.
Beruntung, mobil Yuda masih terparkir. Renata mendekat pada mobilnya lalu sang pemilik mobil datang bersama teman-temannya.
"Eh Ren, ngapain disini?" akhir-akhir ini sikap Yuda tak seburuk dulu.
Renata tersenyum kikuk. "Boleh ngomong sebentar?" tanyanya.
"Boleh, ngomong aja!"
"Ta-tapi gak disini, di sebelah sana aja. Yang agak sepi, boleh?" Renata bertanya gugup.
"Di sini ajalah, emangnya mau ngomong apaan sih?"
"Hm, please disana aja ya?" Renata memohon.
"Ya elah disisni aja? ribet amat lu!" Hendra berkomentar.
"Hendra!" Yuda menegur dan Hendra langsung bukam.
"Ya udah ayo!" Yuda setuju lalu melangkah lebih dulu.
Saat sudah berada di ujung parkiran, tepatnya di balik pohon yang rindang Renata mengeluarkan kotak jam dari dalam tasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Novela JuvenilSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...