Perbincangan singkat tentu saja bisa menjadi momen istimewa yang tak akan pernah dilupakan oleh kedua belah pihak.
-Kurang Cantik
***
"Hallo!" Renata mengangkat telpon dari Lily.
"Ren, lo ada remidi gak?" tanya orang dari seberang.
"Oh gak ada, gue lulus semua."
"Wah gila hebat banget lo."
Renata cuman tersenyum mendengar pujian itu.
"Eh iya berarti lo gak ke sekolah ya?" tanya Lily.
"Hm, gak tau sih. Emang lo mau ke sekolah?"
"Ya-iya lah Ren, gue Daniar sama Tarisa banyak remednya jadi mau gak mau kudu ke sekolah."
"Oh gitu ya."
"Iya, terus rencananya kita mau makan nih balik remed. Lo ke sekolah aja deh biar ikut makan-makan!"
"Hm, gimana ya? Malu kulit gue kuning."
"Ya elah Ren, tinggal pake jaket sama masker!"
"Eh iya juga, ya udah jam berapa?"
"Jam sembilan."
"Oh oke." balas Renata lalu segera memutus sambungan telepon karena sekarang sudah pukul delapan, ia segera menuju kamar mandi. Hingga akhirnya keluar dari kamar di pukul sembilan.
"Mau kemana Ren?" tanya Zee yang sedang bersantai di ruang tamu dengan baju tidurnya.
"Ke sekolah." jawab Renata dengan jaket hitam dan masker birunya.
"Kenapa harus pake jaket sama masker?"
Renata membuka maskernya. "Gue kuning." jawabnya singkat.
Secara refleks Zee menjauh dari Renata. "Sakit lo gak nular kan?" tanyanya panik.
Renata memutar bola matanya. "Ini bukan sakit, ini efek gue pake kunyit."
"Lah buat apaan?"
"Katanya sih bikin cerah."
Mendengar jawaban itu, tawa Zee jadi pecah.
"Kenapa ketawa?"
"Please deh Ren, lo hidup di zaman modern, pemutih banyak kali. Tinggal suntik juga bisa. Haha..." tawa Zee terdengar lebih keras.
"Suka-suka!" timpal Renata lalu berjalan keluar.
Renata kini menunggu ojek online yang sudah ia pesan tadi. Maskernya sudah dipakai kembali.
"Ini neng Renata ya?" tanya pengendara ojek online yang memiliki wajah seperti seorang pelawak.
"Iya." Renata naik ke atas motor.
"Neng bukan penjahat atau pengedar narkoba kan?"
Renata mengerutkan dahinya. "Bukan mang."
"Ya siapa tau neng, kan sekarang mah orang jahat teh dimana-mana."
"I-iya mang, langsung jalan aja ya." balas Renata kikuk sambil melirik ke jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 9 lewat 10.
"Oke neng, berangkat!" seru tukang ojek lalu melajukan motornya ke sekolah Renata.
Beberapa menit kemudian Renata sudah berada di depan gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...