Nungguin komen ngalahin part 45 kayanya susah ya haha, gapapa aku up sekarang aja😂😂
Happy reading💞
***
Pukul 10.00 di hari minggu, Renata masih berbaring di atas kasur. Sejak kemarin dia tak mau pisah dengan benda empuk itu.
Tok tok tok
Suara ketukan terdengar."Belum laper bi!" seru Renata yang masih berlindung di balik selimut.
"Ini bukan bi Minah Ren, ini kita!" suara dari luar menyahut, Renata pun menyibakan selimut dari wajahnya. Dia kenal suara itu, dengan cepat kakinya melangkah mendekati pintu lalu membukanya.
"Ren lo sakit?"
"Lo gak pa-pa kan?"
"Kenapa chat gue gak di bales?"
"Badan lo panas banget!"
"Kalo ada masalah cerita kek!"
"Kita ke dokter ya?"
Tarisa, Lily dan Daniar bertanya terus-terusan sambil menyentuh heboh jidat, tangan hingga pundak Renata.
"Kalian kenapa sih?!" tanya Renata kesal sambil menjauhkan semua tangan dari tubuhnya.
"Harusnya kita yang nanya, lo kenapa?" tanya Daniar.
"Gue gak pa-pa! Kalian ngapain dateng kesini?" entahlah, pagi ini mood Renata sangat buruk.
"Loh kok lo marah? Wajarlah kita kesini, kita khawatir. Di chat gak di bales, di telpon gak di angkat, lagi ada masalah?!" suara Lily meninggi.
"Kalo ada masalah bilang, kita kan sahabat lo. Lo susah, lo butuh solusi pasti kita bantuin. Jangan lari, ditanya kenapa malah marah. Kita tuh khawatir apalagi Vino cerita kemarin lusa lo ketemu kak Rendi, lo ada masalah sama kak Rendi?!" tanyanya sambil maju selangkah, menantang lawan bicaranya.
"Eh udah ah Ly!" Tarisa nenahan tangan Lily, jangan sampai emosinya bertambah.
"Gak bisa udah Tar, dia harus dikasih tau. Namanya sahabat, harus saling terbuka setidaknya dia bales chat kita! Gak ngehargain banget! Kita dateng kesini jauh-jauh malah digituin, gimana gue gak marah?!"
Tarisa jadi bungkam. Renata yang mendapat seruan dari Lily cuman menatap ke arah lain, tak selera menatap lawan bicaranya.
"Sekarang lo bilang, lo lagi ada masalah? Sama Kak Rendi? Perlu bantuan kita? Biar kita seret orangnya kesini, biar bisa ngomong empat mata sama lo!"
Renata masih diam enggan membalas.
"Ngomong Ren! Jangan diem aja, kita jauh-jauh kesini bukan mau liat lo sedih kek gini! Kita mau lo cerita, biar kita bantu!"
Helaan nafas berat terdengar. "Udahlah, mending kalian pulang." bukannya cerita, Renata justru mendorong ketiga temannya agar menjauhi pintu.
"Eh-eh lo apaan sih Ren? Lo ngusir kita?" Lily yang terpaksa mundur bertanya heboh.
Ceklek.
Pintu dikunci rapat. Renata meminjat kepalanya yang terasa pening sambil berjalan mendekati ranjang."Sorry Ly, gue lagi mau sendiri." ucapnya pelan dan kembali menutup wajahnya dengan selimut.
"REN LO APAAN SIH! BUKA REN! BUKA!" seru Lily dari luar sambil menggedor-gedor pintu. Renata yang sudah berlindung di bawah selimut pun menutup kupingnya.
***
"Mana nih rumahnya?" tanya Daniar yang sedang duduk di depan kemudi dan melajukan mobilnya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Novela JuvenilSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...