Biarpun hanya orang baru, mereka bisa saja memberikan sesuatu yang nantinya akan bermanfaat dalam hidup.
-Kurang Cantik
***
Pagi ini Renata datang lebih pagi dibanding Rendi. Ia duduk di bangku sambil membaca buku.
"Hallo-hallo!" mendadak Rendi datang sambil melempar senyum pada gadis itu.
Melihat Rendi yang sudah datang, Renata berdiri dari duduknya untuk mempersilhkan Rendi masuk.
"Nih, gue bawain sesuatu buat lo. Sesuai janji kemarin!" Rendi mengelurkan sesuatu dari dalam tasnya saat baru saja duduk.
"Wah apa nih?" tanya Renata ketika memegang kedua gelang buatan di tangannya.
"Ya menurut lo?"
"Gelang."
"Ya emang gelang, gue yang buat sendiri loh. Bagus kan?"
"Hm lumayan," balasnya sambil memperhatikan gelang itu. "Tapi kok dua ya?"
"Sengaja, sekarang lo perhatiin dulu deh, itu simpulnya lambang apa?"
"Kayak inffinity."
"Pinter, anak IPA pasti udah gak asing sama lambang itu!"
Renata menatap Rendi, masih tak mengerti arti dari gelang itu.
"Gue sengaja bikinin dua, biar nanti lo bisa kasih ke cowok lo. Anggap aja lambang inffinity itu melambangkan hubungan kalian yang tak terhingga sepanjang masa hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia!" Rendi tiba-tiba menyanyi di kalimat terakhirnya dan berhasil membuat gadis itu tertawa geli.
"Apa sih kok jadi nyanyi?"
"Biarin, yang penting nyambung!"
Renata lagi-lagi tertawa.
"Udah ah simpen gelangnya, awas aja kalo ilang. Buat itu susah tau!"
"Susah? Padahal kan simpulnya simpel banget!" ledek Renata.
"Ish! Udah-udah simpen!" paksa Rendi.
"Iya-iya," Renata menaruh gelang itu ke dalam tasnya.
"Eh mau susu dong!" Rendi menunjuk ke arah Renata dan sukses membuat gadis itu menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Eh kenapa lo?" melihat reaksi gadis di sebelahnya, membuat Rendi tertawa.
"Pikiran lo kotor banget sih!" maki Renata dan sukses membuat beberapa siswa dalam kelas menatap mereka.
"Eh eh asal ngomong lo!" Rendi yang panik karena menjadi pusat perhatian langsung protes.
"Emang bener, maksud lo apa coba bilang mau susu?"
"Ma-maksud gue itu!" Rendi menunjuk lebih dekat tas Renata yang bagian sampingnya terdapat susu kotak cair.
Renata nyengir sambil menurunkan pelan kedua tangannya. "Kirain apa." balasnya.
"Makanya tanya dulu!"
"Iya maaf-maaf!"
"Udah-udah, lo pada ngapain liatin gue?!" Rendi berseru pada siswa dalam kelas yang menatap penasaran.
Mendengar itu, mereka langsung kembali melanjutkan kegiatannya masing-masing.
"Maaf ya soal tadi, ini masih mau?" Renata mengeluarkan susu kotak dari dalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...