41. Cerita Soal Rifka

3.4K 268 35
                                    

Masa lalu boleh hadir asal jangan dijadikan acuan untuk masa sekarang. Masa lalu hanya perlu diingat untuk dijadikan pelajaran hari ini.

-Kurang Cantik

***

Bel pulang telah berbunyi telah berunyi sejak lima belas menit yang lalu namun, Renata masih mematung di depan kelas menunggu seseorang.

"Ren!" akhirnya ada yang menepuk pundaknya.

"Lo lama ba..." ucapan Renata terputus ketika mendapati Yuda yang tersenyum padanya.

"Hai!" sapa Yuda ramah.

"Hai." balas Renata singkat.

"Nunggu gue?" tanya Yuda ke pe-dean.

"Ha? Bu-bukan."

"Lah terus nunggu siapa?"

Renata jadi mengedarkan pandangan memperhatiakan sekelilingnya yang mulai sepi. "Hm gak, gue gak nungguin siapa-siapa kok, ini mau pulang." katanya berbohong lalu berjalan lebih dulu.

Rendi ternyata ingkar, memang apa susahnya menceritakan soal Rifka?

"Btw, lo pulang sendiri?" tanya Yuda yang sudah berjalan di sampingnya.

"Iya." jawab Renata singkat, mood-nya hari ini sudah berantakan berkat Rendi.

"Gimana kalau pulang bareng gue aja?"

"Gak perlu Yud, gue bisa pulang sendiri."

"Eh udahlah jangan nolak." Yuda menarik tangan Renata sampai ke parkiran. Setelah itu, ia memberikan helm dan langsung dipakai.

"Udah?" tanya Yuda saat sang gadis sudah baik ke atas jok motor.

"Udah." jawab Renata singkat, padat dan jelas.

"Ren, kita makan dulu ya? Gue laper nih, tadi istirahat gak sempet makan."

"Ha? Gak bisa ditahan dulu ya Yud?"

"Aduh gak bisa Ren cacing-cacing gue udah pada demo!"

"Hm, ya udah deh." Renata mengalah.

"Nah gitu dong!" ucap Yuda antusias lalu segera melajukan motornya, menuju warung kecil dengan spanduk bertuliskan Mi Ayam Segar Sari.

Setelah tiba, mereka berdua turun dari motor lalu masuk. Renata langsung duduk di bangku terdekat sedangkan Yuda memesan.

"Ren!" Panggil Yuda saat ia juga sudah duduk di meja makan sederhana terbuat dari kayu.

Renata tidak merespon, ia masih larut dalam lamunannya. Kenapa Rendi bisa-bisanya memberi harapan kosong?

"Ren!" kali ini Yuda bertepuk tangan sekali tepat di depan wajah gadis ini.

"Eh ke-kenapa Yud?" kesadarannya tertarik kembali.

"Lo kok melamun sih, lagi ada masalah?"

"Ha? Ng-nggak kok!" elaknya sambil tersenyum kecil.

"Bener?"

"Iya, bener!" senyumnya dibuat semakin lebar.

Yuda pun mengangguk mengerti mungkin gadis ini masih belum siap menceritakan masalahnya.

Pesanan mie ayam mereka pun datang dan tanpa bicara lagi mereka langsung menyantap hidangan di depannya.

"Yud!" panggil Renata yang baru saja selesai mengunyah sesendok mie.

Kurang CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang