4. Lily Marah

5.8K 360 2
                                    

Miris, aku suka kamu dan kamu menjauh. Seandainya perasaan mudah diatur, akan kusuruh ia menurut untuk melupakanmu.

-Kurang Cantik-

***

"Untung aja kebagian meja!" kata Tarisa saat baru saja tiba di kantin dan langsung duduk di bangku kosong.

"Iya." balas Daniar yang segera duduk lalu menikmati makanan yang sebelumnya sudah dibeli.

Kini mereka berempat mulai menikmati makanannya. Namun, Renata tampak tak fokus dengan makanannya ia sesekali melirik ke arah samping kanannya.

"Eh Ren, kenapa senyum-senyum sendiri?" Lily bertanya penasaran.

"Eh ng-nggak kok!" Renata segera mengalihkan pandangannya.

"Oh lagi liatin Yuda ya?" tanya Tarisa.

"Eh nggak!" bantah Renata.

"Jujur aja Ren, orang lo liat ke arah Yuda berdiri." Tarisa menunjuk dengan dagunya.

"Nggak Tar!" Renata lagi-lagi mengelak.

"Ya elah jujur aja!" Daniar ikut-ikutan menggoda.

"Eh udah ah, gak perlu dibahas!" gadis berwajah kusam itu tampak salah tingkah lalu melanjutkan makannya.

"Ya udah." balas Daniar

Hening sejenak, mereka sibuk dengan makanannya. Lagi pula mengisi perut adalah yang utama.

"Eh Ren-Ren, elo beneran suka sama Yuda?" Lily bertanya penasaran.

"Eh nggak kok!"

"Iya bener Ly, dari kelas sepuluh!" Tarisa menjawab heboh.

"Ih kok lo bisa suka dia sih? Dia kan nyebelin." Lily menyuarakan pendapatnya tentang Yuda.

"Iya, cowok gak tau malu yang sukanya ngatain orang!" Daniar ikut-ikutan berpendapat.

Renata hanya bisa tersenyum kecil, terlihat terpaksa.

"Mending lo sukanya sama Kak Rendi deh!" Lily memberi usul.

"Kak Rendi?" Renata meminta penjelasan lebih.

"Iya, anak dua belas IPS lima. Jangan bilang lo gak kenal!" tambah Lily.

"Emang gak kenal, dia siapa?"

"Ya ampun Ren, lo beneran gak tau soal Kak Rendi?" Lily bertanya untuk memastikan dan Renata menjawab dengan anggukan.

"Jadi, kak Rendi itu anak IPS yang paling terkenal! Mukanya ganteng, alis tebel, pinter, cool, dan yang paling penting dia bukan tukang bully!" seru Lily antusias.

"Wah emangnya ada cowok kayak gitu di sekolah kita?" Renata mulai tertarik.

"Ya ada, itu Kak Rendi!" Lily membanggakan kaka kelasnya itu.

"Iya, tapi sayang dia anaknya nakal suka ngerokok lagi!" Daniar menambahkan.

"Nakal gimana?"

"Iya suka cari masalah sama guru, langganan masuk BP dia!" jawab Daniar.

"Eh biarpun nakal, dia tuh gak pernah ngata-ngatain orang. Gak kaya itu tuh!" Lily menunjuk Yuda dengan matanya.

"Ya, tapi percuma kalo nakal sama ngerokok. Mendingan Yuda kalo gitu." Renata membalas.

"Tuh-tuhkan dia ngebelain Yuda, ngaku aja kalo suka sama Yuda!" Tarisa angkat suara.

"Ih nggak gitu maksud gue!" Renata masih mengelak.

Sememtara dimeja lain, meja tempat Yuda dan teman-temannya.

"Eh Yud kayaknya mereka lagi ngomongin lo deh!" kata teman Yuda yang memiliki putih dan tampang konyol bernama Hendra Lesmana.

"Eh cie-cie!" goda Vino.

"Ih apaan sih, gak level gue sama mereka." suara Yuda cukup keras dan terdengar sampai meja Renata dan teman-temannya. Ditambah tawa dari teman-teman Yuda berhasil membuat Renata dan teman-temannya melihat ke arah mejanya.

"Eh! Najis kita juga suka sama lo!" Lily berseru dengan suara lantang dan sukses membuat siswa-siswa di kantin menatap penasaran.

Yuda yang duduk tenang tampak tersenyum miring, meremehkan.

"Eh so cantik lo!" Vino berseru nyaring.

"Eh anjir kok gak nyambung tiba-tiba ngomong so cantik?!" Lily menimpali.

Vino yang tampak kesal berdiri dari duduknya.

"Muka kaya ikan lele aja bangga lo!" seru Hendra.

Kurang lebih begitulah teman-teman Yuda, suka meremehkan tanpa berkaca terlebih dahulu.

"Eh anjir ngajak ribut nih orang!" Lily menghampiri meja teman-teman Yuda. Renata, Tarisa dan Daniar segera mengikuti temannya yang sedang emosi itu.

"Maksud lo apa?!" Lily menarik kerah baju milik Hendra.

"Eh jangan main fisik dong!" Hendra menarik paksa tangan gadis itu dari kerahnya supaya terlepas. Namun, tak berhasil. Lily sang juara bela diri kebanggaan SMA Pandawa, terlalu kuat baginya.

"Lo kan ngajak ribut sama gue! Ayo gue ladenin!" kini Lily berseru sambil menatap garang Hendra.

"Eh jadi cewek gak boleh kasar-kasar loh!" nyali Hendra mendadak ciut.

"Banyak bacot lo!" Lily mendoorong tubuh Hendra lalu melepas cengkraman dari kerah cowok itu.

Hendra hanya bisa diam dengan nafas tertahan. Ia tampak kaget dengan tenaga cewek di hadapannya.

"Urusan udah selesai kan? Bisa pergi dari sini?" tiba-tiba Yuda berkata dengan santai sambil menikmati kentang gorengnya.

"Apa lo bilang?!" Lily bertanya heboh, emosinya tepancing kembali.

"Udah selesai kan?" Yuda bertanya tanpa melihat lawan bicaranya.

"Oh jadi lo ngusir gue?!" Lily maju selangkah.

Yuda hanya diam.

"Eh anjir!" baru saja Lily ingin menarik kerah cowok itu, Daniar dan Tarisa segera menariknya.

"Lo jangan cari gara-gara sama dia, inget bokapnya ketua yayasan disini. Bisa di keluarin lo!" bisik Daniar.

Lily ditarik mundur beberapa langkah. Nafasnya tampak tak teratur menahan marah.

"Kalo ini bukan di sekolah, abis lo!" seru Lily sebelum pergi dan diikuti ketiga temannya.

"Li sabar ya!" Renata mencoba menenangkan saat perjalanan menuju kelas.

"Jangan deh sampe lo beneran suka sama dia!" balas Lily.

Renata hanya tersenyum miris. Asal Lily tau saja, perasaan tak semudah itu untuk diatur.


Kurang CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang