Saat dua insan yang sehati bertemu di satu tempat. Maka debarannya akan seirama seolah sedang berkomunikasi lewat alam bawah sadar.
-Kurang Cantik
***
"Lets go to the canteen!" seru Vino semangat.
"Eh kalian duluan ya, gue mau ambil buku di perpus buat semester sekarang." balas Renata.
"Loh kenapa gak pas pulang aja aja? Kita ambil bareng-bareng." usul Lily.
"Hm... sekarang aja deh pulang nanti gue ada urusan." ia masih takut jika Zee akan marah bila menunggu lama-lama.
"Oh gitu, ya udah kita duluan ya!" seru Lily sambil berjalan lalu diikuti yang lainnya.
Renata nengangguk lalu melanjutkan kegiatan merapikan buku dari atas meja. Setelah selesai, ia melangkah menuju perpustakaan.
Di sepanjang koridor banyak yang menatap ke arahnya dan melontarkan pujian membuat Renata gugup sekaligus senang, tapi tetap saja ada rasa risih akibat terlalu banyak yang memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Kini Renata berbelok dan masuk ke dalam perpustakaan lalu mulai mencari beberapa buku yang ia perlukan. Perpustakaan tetap sama, tampak sepi.
Renata mendekati sebuah rak dan mengamati sebuah buku biologi yang tersusun rapi di bagian paling atas. Kakinya berjinjit berusaha meraih buku tersebut, tapi nihil. Tingginya masih kurang untuk sampai pada buku tersebut.
Mendadak bantuan datang, tepat dari belakang membuat Renata memutar sedikit kepalanya. Dia hapal wangi tubuh ini, Rendi sudah jelas itu dia. Gadis itu hanya bisa diam merasakan jantungnya berdegub kencang.
Tapi tunggu dulu, ia juga merasakan degub jantung yang terasa cepat dibagian kepalanya. Tidak mungkin kan jantung ada di kepala?
Waktu jadi terasa berjalan lebih lambat, jantungnya mendadak seirama dengan milik Rendi. Sekarang gadis itu benar-benar merasakan atmosfer yang berbeda.
"Ini yang mau lo ambil?" Rendi mundur selangkah sambil memberikan sebuah buku biologi dengan warna dominasi hijau. Membuat Renata tertarik kembali ke dunia nyata, bukan lagi pikirannya sendiri.
"Iya." ia menerima buku itu.
"Sama-sama." kata Rendi tiba-tiba.
"Oh iya, makasih."
Rendi mengangguk lalu pergi dari situ meninggalkan Renata yang hanya bisa diam dengan tatapan membola seolah tak percaya. Ia tidak salah dengar kan? Tadi jantung Rendi berdebar persis seperti miliknya? Bukan hanya imajinasi?
***
"Hallo Zee." Renata mengangkat telpon masuk dari sang kakak sambil berjalan menuju parkiran.
"Ren, lo tunggu bentaran ya! Gue mau ambil buku sama temen-temen gue."
"Tumben lo ambil buku, biasanya juga nggak."
"Ya elah gue kan mau UN, udah ah gue tutup ya!" Zee memutus sambungan telepon duluan.
"Tau gitu pinjem bukunya pas pulang aja." protes Renata sambil berjalan mendekati pohon besar yang berada di parkiran. Namun, mendadak sosok yang sangat dikenalinya datang. Rendi, ia berjalan menuju motor ninja yang terparkir. Renata langsung membalikan badan dan dalam menit yang sama ia dikagetkan lagi oleh sosok Yuda yang tiba-tiba muncul.
"Renata!" seru Yuda yang sama kagetnya.
Gadis itu tersenyum kecil sambil mengatur nafasnya yang sempat terhenti karena kaget.
"Ngapain ke perkiran?" tanya Yuda.
Sebelum mejawab, Renata menyempatkan diri melirik ke balakang dan mendapati Rendi yang sibuk menggunakan helm. "Gue nunggu kakak." jawabnya gugup.
"Kakak?"
"Iya, dia sekolah disini."
"Loh kok gue gak tau, siapa namanya?"
"Zee, Zefanya." Renata melirik lagi ke belakang, nelihat sekilas Rendi yang sedang mengeluarkan motornya dari himpitan motor lain.
"Zee anak 12 IPS itu?!" Yuda terlihat kaget.
Renata mengangguk.
"Tapi kok kalian gak pernah bareng?"
"Ha? Ma-masa sih?" gadis itu lagi-lagi menatap Rendi yang sudah menyalakan mesin motor dan bersiap untuk pergi.
"Ren!" Yuda mengapit wajah Renata dengan kedua tangannya. "Yang ngajak ngomong tuh disini, jangan ngeliat kesana terus." lanjutnya.
"Ha? I-iya sorry." gadis itu menatap Yuda yang juga menatapnya.
"Aduh ceritanya pedekate nih?" Hendra tiba-tiba datang bersama Gilang.
Yuda langsung melepas tangannya. "Cocok gak?" tanyanya sambil berdiri di samping gadis itu.
"Cocok-cocok!" Hendra mengacungkan kedua jempolnya, sok asik.
Kini Renata menatap ke samping, melihat Rendi yang sudah melaju dengan motor hitamnya.
"Kenapa liatin dia terus?" tanya Yuda penasaran.
"Ha? Ng-nggak kok." jawab Renata gugup.
"Jangan bilang lo suka sama dia."
"Ya-ya gak mungkin lah!" mulut Renata menyanggah, tapi hatinya seolah memberontak ingin mengatakan sebaliknya.
"Jangan sampe suka sama dia, dia bukan orang baik."
"Kok lo sok tau gitu sih?"
"Gue emang tau, dia itu egois, mau menang sendiri dan selalu nyalahin orang lain atas hal buruk yang pernah terjadi dihidupnya."
"Eh tunggu deh, kok lo ngomongnya seolah-olah udah kenal lama sama dia?"
"Ha ke-kenal lama? Ngak kok. Cuman nebak aja dari mukanya." Yuda tertawa kecil seolah ingin mencairkan suasana. Namun, matanya tak bisa berbohong. Renata bisa melihat jelas, ada sesuatu yang pernah terjadi antara mereka.
Hai hai!
Oke-oke aku salah, harusnya upload juga waktu hari jumat.Makanya sebagai permohonan maaf, aku bakal upload 2 part malam ini (tapi maaf kalo ternyata bener-bener malem banget, sampe mendekati jam 1 baru upload)
Tunggu part 34nya ya.
Makasih yang udah nanyain❤
Vote + komen jangan lupaSee you!
02-05-2018/10-05-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Ficção AdolescenteSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...