Eits! Sebelum baca jangan lupa vote dan komen yang buanyak❤
***
Pagi ini Bandung dilanda hujan deras dan berangin. Siswa-siswa SMA Pandawa yang kelupaan membawa payung pun berlarian dari gerbang menuju koridor beratap. Mobil Zee yang baru saja tiba kini terparkir rapi di samping mobil-mobil lain.
"Mampus!" seru Zee sambil menyaksikan air yang turun deras lewat kaca mobil. "Lo bawa payung gak Ren?"
"Nggak." jawab Renata singkat.
"Terus gimana nih? Yakali ujan-ujanan, gue susah-susah catokan tadi pagi!"
Tak ada jawaban.
"Ren!" seru Zee sambil menoleh ke arah adiknya. "Bengong mulu, lagi ada masalah?"
"Gue duluan." enggan menjawab, Renata membuka pintu mobil lalu berlari menuju koridor terdekat dengan posisi tangan menutupi kepala.
Tapi siapa sangka belum sempat dia menginjak lantai koridor, tiba-tiba kakinya terpeleset dan BRUKK! alhasil dia jatuh telungkup diatas lantai parkiran. Lantai semen memang lebih licin ketika hujan.
Kini baju Renata basah, kepalanya pusing dan tubuhnya mengigil. Dua cowok yang tadinya berdiri di koridor otomatis berlari, menyelamatkan Renata yang terkulai lemah.
"Ayo Ren berdiri."
"I-iy- Aaww!" rintihnya sambil melirik ke bawah ternyata rasa perih di bawah berasal dari lututnya yang berdarah. Cairan merah itu kini tampak mengerikan tersapu air hujan. Ini sih sakit sekaligus malu.
"Bisa jalan?" tanya salah satu pemapah Renata yang berdiri di samping kanan, namanya Sandi.
"Perih banget." ujar Renata pelan.
"Ya udah gini aja, lo naik ke punggung gue." tawarnya, merasa kasihan dengan keadaan gadis disebelahnya.
"Gak pa-pa, gue bisa jalan."
"Gue beneran gak pa-pak, daripada sakit."
"Gak usah, bisa jalan kok." tolak Renata sambil tersenyum tipis.
"Ya udah, pelan-pelan aja."
Renata mengangguk, kini dia berjalan dibantu dua cowok itu. Memang jalannya agak susah apalagi darah dari lukanya tak kunjung berhenti, liat saja kaos kaki putihnya sudah berubah jadi merah.
"Makasih ya." ucap Renata pelan ketika sudah duduk dibangku koridor.
"Perlu diambilin tandu?" tawar Sandi membuat Renata menoleh dari luka ke arahnya. "Biar gak terlalu sakit pas ke UKS-nya."
"Hm, gak perlu deh ini gak seberapa kok." tolaknya selembut mungkin. Padahal dalem hati udah panik. Ini darahnya kok gak berhenti-berhenti? Mana bnyak banget. Kalo mati gara-gara kekurangan darah gimana coba?
"Tapi kalo gak-"
Drtttt drttt
Ponsel yang ditaruh dalam saku roknya bergetar. Zee, nama di layar. "Eh bentar ya." potong Renata sambil menekan warna hijau di layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...