Aku mencoba tak peduli, tapi tak bisa. Tolong jangan malu kenal dengan diriku, aku tak seburuk yang kalian kira.
-Kurang Cantik-
***
Tak terasa kini bel tanda pulang telah berbunyi nyaring memenuhi antero sekolah.
"Ren, pulang bareng gak?" tanya Tarisa.
"Nggak deh, gue duluan ya!" jawab Renata sambil berjalan ke luar kelas.
Renata melangkah lebih cepat menuju pagar belakang sekolah.
"Ren!" panggil seseorang dalam mobil putih dengan suara yang sangat pelan.
Renata berbalik, lalu menengok kanan kiri memastikan tidak ada orang. Setelah dirasa sepi, ia lantas masuk lalu duduk di samping pengemudi mobil tersebut.
"Aman kan?" tanya pengemudi mobil yang perawakannya sedikit lebih berisi dari Renata, berkulit putih terawat dengan rambut indah sepinggang, ia bernama Zefanya Lorenza kelas XII IPS 2. Zefanya atau yang lebih akrab di panggil Zee adalah kakak kandung dari Renata.
"Aman." jawab Renata malas sambil memasang sabuk pengamannya.
Zee mengangguk kemudian segera menginjak padal gas mobilnya agar segera sampai di rumah.
Tak butuh waktu lama, sampai mereka akhirnya berhenti di sebuah rumah besar nan mewah dengan cat putih. Rumah ini terletak di perumahan Citra, rumah-rumah para orang berada.
Renata dan Zee memanglah dari keluarga menengah atas, hanya saja Renata lebih memilih tampil sederhana sedangkan Zee sebaliknya.
"Akhirnya nyampe!" seru Zee sambil keluar dari mobil putih tersebut, begitupun dengan Renata.
Saat sudah tiba di ruang tamu yang luas, Renata dan Zee membuka sepatunya diatas sofa empuk berwarna cokelat.
"Ren!" panggil Zee.
"Apa?" tanya Renata yang masih sibuk membuka sepatunya.
"Bantuin gue ngerjain pr ekonomi dong!"
"Gue gak ngerti ah, gue kan anak IPA!"
"Ya siapa tau lo bisa, waktu kelas sepuluh aja nilai ekonomi di raport lo delapan tujuh!"
"Tapi soal kelas sepuluh jauh lebih gampang Zee!"
"Ya baca dulu kek, siapa tau bisa! Ada rumusnya kok." Zee masih berusaha membujuk. Kini ia sudah mengeluarkan buku ekonomi dan pensil miliknya.
"Kalo ada rumus kenapa gak lo kerjain sendiri?"
"Yaelah lo kayak yang gak kenal gue aja. Meskipun ada rumus tetep aja gue gak bisa!"
Renata akhirnya mengambil lalu membaca perlahan soal tersebut "Hm... " ia masih terus membaca. "kasih imbalannya apa?" tanyanya.
"Ih kok minta imbalan, biasanya juga nggak!" Biasanya Renata tidak meminta imbalan tapi, kali ini ia justru memintanya.
"Gimana, mau gak? Lagian setiap lo minta bantuan gue kan gak pernah minta imbalan, kali ini gue minta imbalan lah."
"Ya udah apaan?"
"Simpenin sepatu gue sekalian ambilin minum."
"Ih emang gue babu lo?!" protes Zee.
"Ya udah kalo gak mau." balas Renata sambil menaruh kembali buku milik kakaknya.
"Eh iya mau-mau kok." ucap Zee sambil menaruh bukunya di atas pangkuan Renata lalu mengambil sepatu adiknya untuk di taruh di rak sepatu dan mengambil air.
Tak butuh waktu lama untuk menaruh sepatu dan mengambil air, Renata yang sudah menerima air putih segera meminumnya.
"Thank you," ucap Renata yang segera diangguki oleh Zee. "Eh, btw dikumpulinnya kapan?"
"Lusa."
"Oh oke."
"Ya," sahut Zee sambil berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua "oh ya, besok gue tunggu lo di tempat yang tadi lagi ya!"
"Iya lagian emang biasa disitu, gak usah diingetin terus!"
"Pinter ulu ulu!" balasnya sambil berjalan kembali.
Di sekolah sebenarnya tidak ada yang tau bahwa mereka kakak beradik, karna Zee lah yang menyuruh Renata berpura-pura untuk tidak saling mengenal saat di sekolah.
"Kakak gue aja malu buat ngakuin gue adik." kata Renata dalam hati sambil tersenyum masam.
"Duh kenapa gue malah baper!" ucapnya pada diri sendiri sambil memukul pelan kepalanya.
***
Kini, pukul sudah menunjukan jam empat sore. Renata dan Zee sudah sibuk di kamarnya masing-masing.
Tintong... tintong...
Bel rumah mendadak berbunyi.Tintong... tintong...
Lagi-lagi bel berbunyi."Aduh si bibi kemana sih, bukannya dibukain." keluh Renata sambil berjalan keluar kamar.
"Hai my sist!" seru Zee sambil melambaikan tangan, Zee terlihat sangat cantik dengan dress putih berlengan pendek.
"Eh mau kemana lo?" tanya Renata.
"Mau ngedate sama si bebeb!" jawab Zee sambil berputar.
"Lo punya pacar?"
"Nggak sih, masih calon. Udah ah gue ketemu dulu sama dia, lo diem aja disini oke? Soalnya dia satu sekolah sama kita."
"Siapa sih?"
"Ilham Fernando, tau gak?"
"Ilham yang temen Yuda itu?"
"Yaps betul!"
"Bukannya lo gak suka, sama genk-nya Yuda?"
"Hm iya sih, gue gak suka sama temen-temen Yuda tapi, Ilham menurut gue beda. Dia itu menarik, manis banget lagi." ucapnya sambil berlalu pergi.
"Oh, Ilham sekelas sama gue loh!" ucapan Renata berhasil membuat Zee berbalik.
"Beneran?!"
"Iya." Renata mengangguk.
"Tapi, dia gak tau kan elo adik gue?"
"Hm..."
"Please Ren, jangan kasih tau ya. Gue takut Ilham malah ngejauh gara-gara tau lo adik gue."
Renata hanya terdiam.
"Please!" rengek Zee.
Gadis berambut kusut itu menghela nafas. "Iya-iya, sana pergi dia udah nunggu!"
"Hehe iya oke adeku!" serunya sambil berlalu pergi.
Renata pun kembali masuk ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Roman pour AdolescentsSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...