Semua pasti membaik. Kisah lama jadi kenangan dan kisah akan dimulai.
-Kurang Cantik
***
Hari yang menegangkan bagi semua siswa SMA Pandawa bahkan hampir semua siswa di Indonesia. Ujian Akhir Semester satu menunggu depan mata.
Hari ini tidak ada upacara karena tadi subuh hujan deras membasahi hampir seluruh wilayah kota Bandung, genangan air sudah pasti membasahi lapangan sekolah.
"Hai Renata!" sapa Lily dan Daniar sambil datang dengan senyuman segar dipagi hari.
"Ngapain ke sini?" tanya Renata, dia tampak jauh lebih baik daripada kemarin.
"Mau nayain kabar lo, baik-baik aja?" tanya Lily.
Renata mengangguk. "Baik."
"Oiya Ren!"
"Apa?"
Lily kini mendekati telinga Renata, membisikaan sesuatu. "Kalo nanti lo ketemu Yuda, jangan nunduk atau keliatan sedih, jalan lurus aja. Anggap dia gak ada."
Renata terdiam, menunggu kalimat selanjutnya.
"Kalo lo sedih, nanti dia bangga sama perbuatannya kemarin. Stay strong Renata."
"T-tapi Li." Renata menatap Lily yang sudah kembali ke posisi semuala. "Gue gak gak bisa." ucapnya, pesimis duluan.
"Pasti bisa!" Daniar angkat suara, seolah sudah tau apa yang dikatakan Lily.
"Pasti bisa Ren, gue aja peraya lo bisa. Masa lo nggak?" Lily melipat tangan depan dada.
Benar. Renata harus lebih percaya dengan dirinya sendiri. Dirinya kuat dan mampu.
"Hello-hello babby!" seru Tarisa heboh.
"Buset makan mulu lo!" protes Daniar saat mendapati Tarisa yang datang dengan coklat di tangannya.
"Sirik aja lo!"
"Ih ogah gue sirik sama lo!"
Tarisa memutar bola matanya, acuh lalu mengigit lagi coklat ditangannya.
"Eh btw kalian pada datang kesini mau modus ya?" tebak Tarisa heboh.
"Ih sok tau!" bantah Daniar.
"Emang tau! Lo mau modus sama kak Rendi kan?! Yah, tapi sayang dia belum dateng!" ucap Tarisa sambil mengamati semua siswa dalam kelas.
"Ish lo bisa gak sih gak usah gede-gede suaranya?! Kakak kelas pada ngeliatin woi!" bisik Lily penuh penekanan.
"Opss, sorry!" Tarisa nyengir. "Emang kak Rendi duduk belah mana sih?"
Renata pun menunjuk bangku di sebelahnya. "Liat aja, dikertas ujung meja namanya Rendi Alvaro."
Otomatis ketiganya memastikan.
"Oh my God, oh my God!" kali ini Daniar yang histeris. "ANJIR BENERAN DONG!" serunya kian histeris saat sudah memca nama diujung meja.
"DA-NI-AR!" Lily langsung memperingatkan agar temannya jangan teriak-teriak lagi.
"Hehe sorry, abisnya seneng banget!"
Lily memutar bola matanya, jengah.
"Ren-Ren! Please banget gue titip salam ke Kak Rendi ya!" seru Daniar heboh.
Renata terdiam, tak berniat mengiyakan.
"Eh jangan Ren, gak perlu!" cegah Lily langsung.
"Ih kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...