13. Semakin Jatuh Cinta

4.7K 311 7
                                    

Sisi baik dalam diri seseorang mempunyai daya tarik sendiri dan selalu berhasil membuat orang lain semakin jatuh dan terbuai dalam kebaikannya.

-Kurang Cantik-

***

Renata yang sudah datang lebih pagi tanpa Zee segera berlari menuju parkiran. Lapang kecil khusus parkiran itu terlihat masih sepi. Renata menepi, dan berdiri di samping parkiran. Ditatapnya jam yang melingkar di tangan, masih pukul 6.15.

"Vino biasanya datang jam berapa ya?" tanya Renata pada dirinya sendiri.

Dua puluh menit menunggu, kini parkiran sudah cukup penuh oleh siswa yang satu-persatu memarkirkan kendaraannya.

Akhirnya Renata mendapati sosok yang dicarinya, Vino datang dengan motor matic merah putih dan ada Rafael di boncengannya. Dengan senang, Renata mendekati kedua pria yang baru selesai memarkirkan motornya.

"Eh Ren, ngapain disini?" tanya Vino saat menyadari gadis itu berdiri dan tersenyum di sampingnya.

"Mau ngingetin lo." jawab Renata.

Ekspresi wajah Vino berubah menjadi malas. "Soal rahasia-in kejadian gue sama Yuda?" tanyanya memastikan.

Renata mengangguk sambil tersenyum.

"Iya tenang aja, gue gak akan kasih tau siapa-siapa."

"Rafael juga ya?" Renata mengalihkan pandangannya menjadi ke arah pria berkacamata yang sejak tadi hanya diam.

"Iya." jawab Rafael singkat.

"Muka lo udah mendingan kan?" Renata menanyakan kondisi Vino.

"Udah, keliatannya ga terlalu parah kan?"

"Iya, udah mendingan." jawab Renata.

Vino mengangguk.

"Ya udah gue ke toilet dulu ya, kalian duluan aja ke kelasnya." ucap Renata sambil berlalu pergi.

"Yey masih pagi udah ke toilet aja!" ledek Vino.

Renata hanya tertawa kecil sambil tetap melangkah.

Setelah beurusan dengan buang air kecil, Renata pun keluar dari kamar mandi namun, tanpa disangka ia terjatuh berkat lantai licin yang baru saja selesai di-pel.

"Auw!" Renata merintih sambil memegangi tangannya yang linu akibat terbentur lantai koridor SMA Pandawa.

"Lo gak pa-pa?" mendadak suara seorang cowok datang dan membuat Renata mendongkakan kepalanya untuk melihat jelas cowok itu.

"Yuda." ucap Renata kaget, cowok yang disukainya sejak kelas sepuluh mendadak mengulurkan tangan berniat menolongnya.

Dengan senang hati, gadis itu menerima uluran tangan dan berdiri dibantu Yuda. Namun, takdir seolah-olah memihak pada Renata. Ia kembali jatuh dan badannya langsung ditahan oleh Yuda.

Kini posisi mereka sangat dekat, Renata dalam diam menatap manik mata pujaan hatinya. Benar-benar indah dan bisa menyihir.

Yuda yang sadar dengan posisinya segera berkomentar. "Bisa berdiri sekarang?"

Renata yang sudah salah tingkah segera berdiri tegak dan mundur satu lngkah ke belakang.

"Ma-makasih." ucap Renata gugup tanpa berani menatap lawan bicaranya.

"Iya, tangan lo kemarin baik-baik aja kan?" Yuda mengalihakan topik.

"Iya udah mendingan kok."

"Baguslah, kalo gitu gue kesana dulu ya." Yuda berpamitan dengan ramah.

Renata hanya bisa mengangguk sambil menahan senyumnya yang siap mengembang kapan saja.

Setelah kepergian Yuda, Renata memegang dadanya, jntungnya sedang berdetak cepat sekarang. Ia tersenyum lalu melangkah pergi dengan tatapan kosong penuh cinta.

"Dorr!" teriakan dari seorang wanita sukses membuat Renata tersentak.

"Tarisa!" serunya sambil melihat gadis gempal yang sudah berada di sampingnya.

"Melamun terus, lagi ada masalah?" tanya Tarisa yang sudah kembali berjalan bersama Renata.

"Kayaknya iya deh, gue lagi dalam masalah." Renata menjawab dengan tatapan yang masih kosong, kejadian tadi masih berputar dalam pikiranya.

"Masalah apa Ren?" Tarisa bertanya penasaran.

"Gue makin suka sama Yuda, Tar." kali ini Renata menatap temannya.

"What?! Gila ya lo?" seru Tarisa heboh.

"Gue harus gimaan Tar?" Renata meminta pendapat.

"Ya harus lupain lah, gila lo!"

"Gak bisa Tar, sifat Yuda tuh kayak udah berubah sama gue."

"Berubah apa sih maksud lo?!"

"Dia itu akhir-akhir ini baik banget sama gue!" Renata tampak antusias dalam menceritakannya.

"Ya ampun Ren, emangnya hal apa sih yang bisa buat lo mikir Yuda itu udah berubah jadi baik?"

"Jadi gini, waktu hari jumat dia nganter gue pulang." gadis itu tersenyum riang.

"Hah? Serius? Kok bisa?" Tarisa betanya heboh sekali.

"Sutt, ih malu diliatin." ucap Renata yang menyadari semua siswa di koridor memperhatikan mereka.

"Ya udah jelasin kenapa bisa?" kali ini Tarisa menurunkan nada bicaranya.

"Ada lah gara-gara sesuatu."

"Sesuatu apa? Lo gak di macem-macemin sama dia kan waktu dianter?"

"Nggak, dia justru baik banget. Cara ngomongnya aja lembut."  lagi-lagi Renata tersemyum saat mengatakannya.

"Ih kok bisa?"

Renata mengangkat bahu lalu segera berbelok memasuki kelasnya. Di dalam sana sudah ada Lily dan Daniar yang kebingungan karena Renata datang sambil senyum-senyum sendiri.

"Dia kenapa Tar?" tanya Daniar ngeri pada Tarisa.

"Dia bilang Yuda nganterin dia balik!" jawab Tarisa.

"Loh kok bisa?" kali ini Lily yang bertanya.

"Gak tau, kayaknya dia cuman halusinasi deh!" Tarisa berpendapat.

Mereka bertiga kini mengamati Renata yang hanya menatap lurus dengan tatapan kosong sambil senyum-senyum sendiri.

"Lo gak gila karena Yuda kan?" Lily menempelkan punggung tangannya pada kening Renata.

Gadis itu menggeleng pelan. Lily menarik kembali tangannya dan menatap Renata bingung.

"Hai hai!" Vino mendadak datang.

"Eh Vin kok baru ke kelas?" tanya Renata yang sudah tak melamun lagi.

"Tadi ke kantin, laper." jawab Vino sambil menaruh tasnya diikuti Rafael.

"Eh itu muka lo kenapa Vin?" tanya Lily pemasaran.

Tarisa dan Renata segera berbalik menatap Vino.

Cowok dengan banyak lebam di wajah itu tersenyum lalu melirik ke arah Renata sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Dipukul preman." katanya berbohong.

"Preman mana?" lagi-lagi Lily bertanya penasaran.

"Ada, gak perlu tau." balas Vino lalu duduk.

"Oh." Lily mengangguk mengerti.

Suara dari speaker pun terdengar, mengingatkan para siswa agar segera ke lapang karena upacara akan dimulai. Semua siswa dalam kelas menghentikan aktivitasnya lalu segera ke lapang sambil membawa topi.


Kurang CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang