Sifat buruk tidak selamanya buruk. Ada kalanya sifat baik akan terungkap dan kita seolah tak percaya dengan hal itu.
-Kurang Cantik
***
Pukul enam pagi, Renata membuka mata di atas ranjang. Ia segera bangun dan membuka lebar-lebar jendela kamarnya. Diperhatikannya langit yang masih sedikit biru, ini adalah hari sabtu dimana ia libur dan memiliki waktu untuk bersantai-santai.
"Lari pagi kali ya?" tanyanya pada diri sendiri sambil mengikat rambut dengan karet yang di ambil secara asal dari atas meja terdekat.
"Eh iya Vino!" Renata segera mengambil ponsel yang tadi malam sempat di-cas di atas meja.
"Hallo Vin?" sapa Renata duluan ketika sudah diangkat.
"Kenapa sih Ren? Ganggu banget, masih pagi nih!" balas Vino dari seberang dengan suara beratnya.
"Lo belum cerita ke siapa-siapa kan soal kemarin?" tanyanya langsung.
"Soal gue berantem sama Yuda?" Vino balik bertanya.
"Iya, lo belum kasih tau siapa-siapa kan?"
"Iya belom." dari suaranya, terdengar kesadaran Vino belum penuh.
"Bagus deh, lo jangan kasih tau siapa-siapa ya. Tolong bilangin ke Rafael juga!"
"Loh kok gitu Ren?" suara Vino tiba-tiba meninggi.
"Gue takut masalahnya makin runyam Vin!"
"Ya bodo amat Ren mau makin runyam kek, apa kek. Yang penting semua harus tau, kelakuan busuk Yuda. Enak aja kemarin dia main nonjok-nonjok gue!" kesadaran Vino tampaknya sudah penuh, ia kembali menjadi pribadi yang cerewet dan ingin menang sendiri.
"Vin, please. Gue gak mau ada berantem-berantem gini lagi. Apalagi kalo Lily sampe tau, bisa-bisa mereka berantem." Renata masih mencoba membujuk.
"Tapi Ren..." ucapan Vino diputus oleh Renata.
"Gue mohon, kali ini aja Vin!"
Orang di seberang terdengar menghela nafas. "Oke, kali ini gue gak akan cerita-cerita."
"Nah gitu, makasih banyak ya Vin!" Renata berseru senang.
"Iya." orang diseberang menjawab malas.
"Eh iya, Rafael juga kasih tau!"
"Iya."
Setelah mendengar jawaban itu, Renata memutus sambungan telepon lalu tersenyum senang.
"Untung aja Vino mau." katanya sambil mendekati lemari baju lalu mengambil celana training hitam dan kaos putih serta jaket abu-abu untuk dipakai lari pagi.
Setelah berganti baju, Renata pun turun menuju kamar mandi lalu mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu, keluar rumah. Langit sudah jauh lebih terang sekarang, ini sudah pukul setengah tujuh.
Saat baru saja keluar gerbang, ia langsung memacu kakinya untuk berlari mengelilingi komplek. Baru sekitar lima menit berlari, ia mendapati sosok pria yang akhir-akhir ini mengganggunya. Rendi, ia sedang duduk santai di depan kedai kopi dengan rokok di tangan dan secangkir kopi di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...