Semua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Siapapun tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana.
Kenapa cantik harus dilihat dari sudut pandang itu-itu saja? Memuakan.
-Kurang Cantik-
***
"Woi woi!" teriak salah seorang cowok yang sedang berkumpul di pinggir lapang ketika cewek berkulit coklat gelap, kusam, dan rambut coklat tua berantakan sedang berjalan melintasi lapang sendirian. Nama gaids itu Renata Teresia.
"Woi! Lo budeg?! Jelek budeh lagi!" seru cowok bernama Vino itu mengundang teman-temannya tertawa.
Renata yang belum jauh pun berhenti, menarik nafas panjang lalu putar balik. "Kenapa?" tanyanya. Bukannya marah, dia malah merendahkan nada suaranya.
"Wahahahaha! Ini ada yang suka!" timpal Vino sambil menunjuk teman duduk di sebelah kanan.
Lagi, terulang lagi.
Lelucon yang sama sekali tidak lucu.
"Apa sih, ogah gue!" timpal cowok yang di tunjuk tadi. Namanya Yuda Pratama. Siswa kebanggaan SMA Pandawa berkat wajah tampan, kulit putih dan perawakan tinggi. Ditambah dia ini anggota OSIS.
"Aelah ngaku aja Yud, lo kan sukanya yang gosong-gosong, yang rambutnya kaya gulali!" goda Vino mengundang suara tawa lebih keras.
"Buat lo aja!" tolak Yuda membuat yang lain makin puas.
Apa sih yang lo harapin Ren? batin Renata bersuara. Kakinya putar balik dan segera berlari menjauh dari sana.
Kenapa mereka tidak bisa memanusiakan manusia?
Bahkan hewan pun tidak boleh dihina fisiknya.
Semua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Siapapun tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana.
Kenapa cantik harus dilihat dari sudut pandang itu-itu saja? Memuakan.
Dari segi fisik Yuda memang sempurna. Jelas, itu terbukti dari dia yang mendapat predikat siswa idamanpara cewek SMA Pandawa.
Dan dengan bodohnya, Renata juga sama. Mengagumi Yuda. Renata tak akan pernah bisa melewatkan momen ketika matanya bisa melihat sosok Yuda.
Dia menyukai semua hal yang ada pada Yuda dari ujung rambut hingga kaki, begitu sempurna dia mata Renata. Dia tidak peduli, apa Yuda masih menganggapnya manusia atau bukan. Iya, Renata terlalu naif.
Kini Renata mempercepat langkahnya menuju kelas baru, 11 IPA 5. Kelas baru di tahun ajaran baru.
Setelah menyusuri koridor dan melihat satu persatu pintu kelas, akhirnya dia melihat kertas putih yang bertuliskan '11 IPA 5'.
"Ren, lo kelas ini juga?!" baru saja masuk, seorang gadis bertubuh gempal, kulit putih dan mata sipit berlari menghampirinya. Nama dia Tarisa. Teman sekelas Renata dulu di kelas sepuluh.
"Iya, ini 11 IPA 5?" tanya Renata memastikan.
"Bener, ayo lo duduk sama gue ya!" ajak Tarisa sambil mengajak Renata berjalan ke bangku barisan dekat jendela yang sejajar dengan pintu kelas, mereka duduk diurutan ketiga dari depan.
"Boleh." balas Renata antusias sambil terus ikut berjalan laku berhenti di bangku urutan keempat.
"Ayo duduk di sini Ren!"
"Hm-iya." Renata pun menaruh tasnya dan duduk disana.
"Gimana-gimana?!" tanya Tarisa semangat membuat kening Renata berkerut, heran.
"Apanya yang gimana?"
"Kisah cinta lo sama Yuda, udah ada peningkatan peningkatan? Udah sesukses cewek-cewek di novel?"
Renata jadi tertawa. Antara miris atau lucu dengan impiannya dulu. "Bisa gak jangan bahas Yuda?
"Ih kenapaaa? Oh gue tau! Gak ada peningkatan kan? Makanya,gue bilangin juga lo mending gak udah ngarepin dia lagi!"
Renata tersenyum muris sambil memilin jari-jarinya. "Pengennya sih gitu, tapi gak gampang."
"ISH lo tuh susah banget kalo dibilangin!"
"Woi! Gak usah teriak-teriak bisa?! Masih pagi nih! " protes cewek tomboi yang duduk di depan mereka sambil membalikan badan. Menatap marah mereka berdua.
"Eh s-sorry-sorry kelepas!" balas Tarisa.
Gadis tomboi itu tak menjawa. Dia masih menatap tajam keduanya nembuat teman sebangkunya yang memiliki rambut panjang sepinggang ikut berbalik.
"Eh Ly kesurupan lo!" tegurnya karena teman sebangkunya itu melotot.
"Hah? Nggak, gak pa-pa." gadis tomboi yang disebut Ly itu nyengir. "Kenalin, gue Lily!" mendadak tatapannya berubah jadi hangat, dia juga mengulurkan tangan ramah ke arah Tarisa.
"Lengkapnya Lily Putra."
PLAK
Satu tamparan kecil mendarat mulus dipipi Lily."Lily Putri, mentang-mentang mau jadi cowok ganti nama sembarangan!"
"Baru pulang dimarahin ngajak berantem?"
"Kamu sih!" mendadak Daniar menyalahkan Tarisa membuatnya melongo sejenak. Tapi beberapa detik kemudian, paham.
"Hiiii... Ih! Jangan berantem, Kiki cuman minta dibeliin permen susu milkita. Ini permen susu mahal! Tiga buah permen milkita setara dengan segelas susu!"
"Bhuahahaha!" sontak Lily dan Daniar tertawa. Akhirnya ketemu juga temen yang sefrekuensi.
"Fix, kita harus temenan. Nama lo siapa?!" ucap Lily sambil mendekatkan uluran tangannya ke arah Tarisa.
"I-iya gue Tarisa." balasnya sedikit canggung. "Dan ini Renata." lanjutnya sambil menunjuk teman sebangkunya yang masih keheranan dengan jokes receh mereka tadi.
"Kalo gue Daniar!" balas gadis rambut panjang itu
"Tarisa."
"Harap maklum ya kalo nanti jokes kita receh!" seru Lily membuat ketiganya releks tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurang Cantik
Teen FictionSemua orang dilahirkan bukan menurut apa yang di inginkan. Kita tak akan bisa meminta untuk dilahirkan jadi apa dan bagaimana. Seperti Renata, yang merasa dirinya kurang beruntung karena terlahir tak cantik. Kepercayaan dirinya hilang dan air matany...