Deni berseru senang, ia bernyanyi, mengganti lirik lagu dengan suaranya yang sumbang.
Bila istirahatnya telah tiba
Ku ingin segera tuk kekantin
Memesan nasi goreng dan juga es teh panas
Menyan--Wisnu membekap mulutnya. "Itu lagu akad sama lo jadi apa judulnya?" ia melepaskan tangannya yang membekap mulut Deni.
Deni menggaruk kepalanya. "Mungkin, istirahat?"
Wisnu menggelengkan kepalanya. Ia berlalu duluan menuju kantin membuat Deni meneriakinya. "Woy, Nu! Tungguin gua kali!" ia berlari mengejar Wisnu. Mereka sampai di kantin yang sudah sangat ramai.
Wisnu sudah selesai memesan. Ia membawa nampannya mendekati Deni. "Lama amat, Den." Gerutunya kesal membuat Deni meliriknya dengan wajah yang juga kesal.
"Sabar, Nu. Ibunya cuma punya tangan dua. Yang mesen kan bukan cuma gua." Deni mulai bijak membuat Wisnu mendengus.
Sepuluh menit kemudian baru pesanan Deni selesai dan mereka melangkah mencari meja yang kosong.
Wisnu mengatupkan rahangnya. "Tuh, kan! gak dapat tempat kita. Lo sih!"
Deni memutar bola matanya. "Ngeluh mulu hidup lo," ia mengedarkan pandangan lalu tersenyum lebar. "Gua tau kita harus duduk dimana." ia melangkah membuat Wisnu mengekorinya.
Wisnu tersenyum miring ketika tau yang dimaksud Deni. Ia ikut mendekat lalu berdehem.
"Hayy para cecan kita boleh gabung gak ni?" Wisnu bertanya sambil membawa nampan makannya. Deni yang juga membawa nampan makannya sedang mengedipkan matanya ke arah Yana.
"Mata lo kenapa?! Kemasukan tawon?!" tanya Yana sinis pada Deni.
"Kode beb kode." Deni langsung duduk di samping Yana.
"Belum diizinin duduk juga." gerutu Yana.
"Boleh kan, Ndah?" tanya Deni santai membuat Yana semakin kesal.
"Iya boleh kok." jawab Indah membuat Wisnu duduk di sebelahnya.
"Tumben gak ada Riko, biasanya kan kalian selalu bertiga." Yana mengaduk-aduk juice-nya.
"Wah si bebeb merhatiin gua ya selama ini." Deni menatapnya dengan mata berbinar.
"Najis lo!" umpat Yana sambil menggeser posisi duduknya karena Deni yang terlalu dekat duduk dengannya.
"Jangan jauh-jauh beb ntar guanya di gandeng orang, baru tau rasa." kata Deni polos.
"Cihh.. pergi gak lo! Bosan hidup lo?!" Yana menatap tajam Deni.
"Modus mulu, Den." cibir Wisnu sambil memakan batagornya.
"Eh iya bener juga kata Yana. Riko kok gak sama kalian?" tanya Indah menatap Wisnu.
Sementara yang ditatap hanya mengendikkan bahunya kemudian melahap kembali batagornya.
Yang mau Yana lakukan sekarang adalah cepat-cepat menghabiskan baksonya. Ia sudah tak tahan jika harus duduk di samping Deni yang masih saja berusaha mengajaknya mengobrol. Ia bahkan tak peduli dengan kedatangan Riko lalu Evan dan Sinta.
Deni menegurnya. "Pelan-pelan, Yan. Keselek loh nanti."
Yana menggeretakkan giginya. Ia menyuap bakso dengan wajah emosi melirik Deni.
Berbeda dengannya, Deni malah menatapnya dengan cengiran. "Banyak yang nanya tentang sg gua. Termasuk Bella, temen lo. Lo sendiri gak mau nanya?"
Yana mengendikkan bahunya. "That's not my business."
Dalam hati Deni kecewa tapi ia tak menunjukkan raut kecewanya. Ia malah tersenyum lebar lalu kembali memakan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Fiksi Remaja[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...