"Temen lo kenapa lagi, Nu?"
Wisnu yang sedang bermain hp mendongak, menatap Riko yang mengendikkan dagu ke arah Deni. Deni tengah melamun sambil memeluk gulingnya. Hari ini hari minggu, Wisnu dan Riko memang sedang menginap di rumah Deni sejak kemarin.
Wisnu menggeleng tak peduli. "2."
Riko menatap Wisnu tak mengerti. "Dua apa?"
"Ya bisa jadi karena 2 cewek. Kalo gak Cilla ya Yana. Deni kan pikirannya cuma dipenuhi cewek-cewek itu."
Riko menatap Deni lalu melemparkan pulpen yang ia dapat dari atas meja belajar temannya itu. Deni tersadar karena pulpen itu mengenai kepalanya. "Apa sih ah?"
Wisnu menyeringai. "Melamun jorok lo?"
"IH EMANG GUA KAYAK LO YANG PIKIRANNYA BOKEP MULU!"
"SANTAI WOY!"
Riko terbahak melihat kedua temannya sama-sama ngegas. "Udah udah. Gua jadi pengen nyanyi ni. Karena ku selow. Sungguh selow. Amat selow. Tetap selow. Santai santai."
"GAK BISA SANTAI GUA UDAH DIFITNAH DI HARI YANG MASIH PAGI BUTA BEGINI DI RUMAH GUA SENDIRI!"
Wisnu yang tak mau kalah berkacak pinggang di depan Deni lalu melotot. "INI MATAHARI UDAH MUNCUL GAK SEMBUNYI-SEMBUNYI DAN LO BILANG HARI MASIH PAGI?!"
Deni langsung menatap jendela kamar yang sudah terbuka dan menampilkan teriknya matahari. Ternyata memang sudah siang. Ia menggaruk kepalanya lalu turun dari kasur. Wisnu meremas pundaknya. "Lo mau kemana? Masalah ini belum selesai."
Deni memutar bola matanya. "Hari udah siang dan lo masih drama, Nu?" Ia menurunkan tangan Wisnu dari pundaknya lalu membersihkan pundaknya seolah jijik sudah dipegang Wisnu membuat Wisnu menggeram dan Riko terbahak.
"Gua mau mandi. Awas lo berdua ngintip ye!" Deni mengancam kedua temannya sebelum hilang dibalik pintu kamar mandi.
Riko dan Wisnu bergidik ngeri. Siapa juga yang mau mengintip? Riko memilih keluar dari kamar Deni ketika sadar mulut Wisnu hendak menyumpah serapahi Deni lagi.
Tidak peduli dengan kedua temannya yang akan berbuat apa selagi ia mandi. Deni berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Menatap wajah yang sering bertingkah bodoh dan gila. Wajah yang selalu terlihat bahagia. Wajah yang aslinya memiliki rasa sakit dan pedih yang selalu ia coba untuk sembunyikan.
Deni menarik kedua sudut bibirnya. Ia tersenyum. "Lo memang selalu bahagia, Den. Selalu."
Deni menyalakan shower, membiarkan air dingin mengguyur tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. Mandi yang aneh, kan? Deni gitu loh.
_D E N I A L_
Maafkanlah bilaku selalu membuatmu marah dan benci padaku
Kulakukan itu semua hanya untuk buatmu bahagia
Mungkin ku cuma tak bisa pahami bagaimana cara tunjukkan maksudku
Aku cuma ingin jadi yang terbaik untukmuDeni mengacungkan jempolnya untuk Riko. "Gua upload di ig gua yak."
Riko menatap Deni dengan heran. "Gua yang cover, kok lo yang upload?"
"Kan yang gitarin gua." Jawab Deni tak mau kalah lalu tersenyum ketika sudah meng-upload video Riko menyanyi.
Wisnu menggeleng. "Biarin lah, Rik. Suka-suka tuan rumah. Ntar kita diusir lagi."
Deni terbahak. Ia memberi isyarat teman-temannya untuk diam ketika mendapat telpon dari Cilla. "Halo, Cill?"
"..."
![](https://img.wattpad.com/cover/124108164-288-k320667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Novela Juvenil[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...