Jadian dengan Cilla membuat Deni merasa campur aduk. Di satu sisi, dia memang nyaman berada di dekat gadis itu tapi di sisi lain, dia masih menyukai Yana. Keputusannya tadi menembak Cilla keluar dengan spontan dari mulutnya yang tidak bisa disaring itu. Sekarang Deni jadi galau. Dia merasa tak pantas untuk gadis sebaik Cilla. Pikirannya sedang kacau sehingga Deni memutuskan untuk membolos dulu. Dengan cepat keluar dari gerbang sekolah yang kebetulan sedang terbuka sedikit karena tadi ada guru yang keluar. Deni menyebrang sekolah berniat mengambil motornya ketika warkop tersebut ternyata sedang di isi oleh segerombol anak-anak dari sekolah lain. Awalnya Deni tak peduli tapi ketika menyadari satu dari beberapa orang itu sedang menatapnya tajam, Deni jadi meneguk saliva-nya susah payah. Apalagi ketika orang itu melangkah mendekatinya lalu tersenyum miring. "Hai, Den. Ketemu lagi."
Deni mengangguk. Ia menoleh ke belakang. "Ini kan daerah sekolah gua."
Orang itu mengangguk lalu menoleh ke teman-temannya. "Ayo, cabut! Orang yang kita tunggu udah datang ni." serunya membuat 6 orang temannya mendekati Deni.
Deni terkesiap. "Eh apaan nih maksudnya, San?" tanyanya heran ketika 2 teman Sandi memegangi lengannya.
Sandi terkekeh. "Santai, Den. Gua cuma mau ngajak lo have fun kok." Ia melangkah menuju sebuah mobil hitam. "Masukin ke mobil gua!"
Deni meronta tapi kalah telak. Ia pasrah dibawa Sandi. Sepanjang perjalanan yang Deni tak tau ia dibawa ke mana, Deni sempat mengetik pesan ke Wisnu. Ia juga menyalakan gps-nya agar teman-temannya bisa membantu.
Mobil Sandi berhenti di sebuah bangunan yang belum jadi. Seperti proyek gagal karna tidak dilanjutkan. "Mau ngapain sih?" tanya Deni polos padahal ia tau apa yang ingin mereka lakukan padanya.
Sandi menatapnya dari kaca lalu mendengus. "Mau mutilasi lo."
Deni segera diseret masuk ke dalam sebuah ruangan dan didudukkan di kursi. Ia terkekeh hambar. "Apa karena Yana?" tanyanya ketika Sandi sedang mengikat tangannya.
Sandi menempeleng kepalanya dengan emosi. "Gua udah peringatin lo secara halus kan kemarin-kemarin?!" Ia mundur lalu membiarkan teman-temannya mengeroyok Deni. "Udah!" interupsinya karena sekarang Sandi yang maju memegangi kerah Deni.
Matanya menatap tajam Deni yang sudah babak belur. Tak merasa kasihan, ia malah menonjok sudut bibir Deni hingga sobek. "Ini buat lo yang selalu gangguin cewek gua!"
Deni terbatuk. Ia tak bisa melawan Sandi yang kini menghajarnya habis-habisan. Puas menghajar Deni, Sandi melemparkan barang-barang yang ia dapat ke lantai dengan emosi. Ia berhenti ketika mendengar salah seorang temannya berkata bahwa ada yang mencoba membuka pintu ruangan itu yang sudah dikunci sedari mereka masuk. Sandi menahan teman-temannya. "Biarin aja." Ia melipat kedua tangannya.
Gedubrak
(Anggap aja suara pintu yang didobrak)Dengan sisa kesadarannya Deni tersenyum haru ketika melihat orang itu Riko.
"Banci lo lo pada beraninya main keroyokan anjing!" umpat Riko emosi.
"Lo siapa? Mau jadi babak belur kaya dia?" tanya Sandi dengan tatapan sinisnya.
"Lo semua gila! Lo apain teman gua hah?! Setan memang 7 lawan 1!" umpat Riko saat melihat Deni sudah tak sadarkan diri.
"Nyantai njing gua gak ada masalah sama lo! Jadi lo gak usah ikut campur! Ini masalah gua sama dia!" kata Sandi sambil menunjuk Deni.
"Emang masalah lo sama dia apa hah?!"
"Dia ngedekatin cewek gua! Itu masalahnya!" jawab Sandi membuat Riko terdiam.
"Emang lo masih pacaran sama Yana?" tanya Riko.
"Gua baru balikan semalam sama Yana dan temen lo ini dengan gak tau dirinya ngedeket-deketin cewek gua. Lo pikir gua gak tau hah?! Asal lo tau di sekolah lo gua punya mata-mata ya buat awasin cewek gua." jelas Sandi membuat Riko terkejut tapi tak lama ia menetralkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Novela Juvenil[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...