Deni menatap Riko yang kini sedang bertelponan.
"Hal--"
"..."
"Nelpon sapa tu anak?" tanya Wisnu membuat Deni menoleh. Mereka baru saja ingin ke kantin dengan Riko yang mau bertemu Indah.
"Siapa lagi emang kalo bukan Indah?" tanya Deni sambil menyandarkan tubuhnya di pilar.
"Mbem lagi di mana?"
"..."
"Iya gua kepo nih."
"..."
"Seriusan yank."
"Yank yank," seru Deni heboh membuat Riko meliriknya sinis.
"Lo di mana sih Yank? Gua kangen nih."
"..."
"Aku juga kangen kamu sayang." sahut Wisnu lalu bertos ria dengan Deni.
"Emang kangen harus yang gak ketemu setahun?"
"Mau muntah gak lo, Den?" tanya Wisnu membuat Deni mengangguk lalu tersenyum geli.
"Kasih tau dulu lo di mana?"
Melihat Deni memunculkan ide di kepala Riko.
"Lo lagi bareng Yana?"
Deni langsung menatap Riko ketika mendengar nama doinya disebut.
"Yananya mana?"
"..."
"Dicariin Deni nih."
Deni melotot tapi juga mengacungkan jempolnya.
"..."
"Okee gua otw perpus."
Riko sudah memutuskan sambungan telpon sepihak. Ia merangkul Deni lalu tersenyum pada Wisnu. "Kita mencari jodoh dulu ya, Nu. Lo ke kantin aja dah sana!"
Wisnu mendengus, sebelum pergi ia sempatkan menjitak kepala kedua temannya lalu berlari meninggalkan Riko yang mengumpat. Deni menggerutu ketika mereka sampai di perpus dan tidak mendapati Indah ataupun Yana. "Mana, Rik?"
Riko menggaruk kepalanya. "Tadi sih katanya di perpus, Den." Mereka melangkah keluar perpus dan berpapasan dengan Evan yang membuat Deni tersenyum.
"Van!" panggilnya karena Evan tadi tidak sadar telah melewati Riko dan dirinya.
Evan menoleh. "Eh kalian. Para pria kesepian." ledeknya membuat Riko dan Deni tergelak. Tidak tersinggung sama sekali dengan perkataannya.
"Teman-teman lo mana?" tanya Riko membuat Evan mengendikkan bahunya.
"Tanyain dong." pinta Riko membuat Evan meliriknya jijik.
"Riko udah nanya tapi dikasih alamat palsu tadi." sahut Deni agar Evan mengerti permintaan Riko.
Evan mengangguk. "Gua coba tapi gak jamin mereka ngasih tau ya."
EvanSin : lo di mana?
Indahhh : sekolah
EvanSin : BEGO. Gua juga tau maksudnya lo lagi di ruang apa?
Indahhh : kenapa emangnya?
EvanSin : jawab aja elah.
10 menit menunggu hingga Deni memeluk pilar di dekatnya dan Riko menatap lapangan belum juga ada jawaban. "Dibales, Van?"
"Kagak." Evan mengantungi ponselnya lalu menepuk bahu Riko dan Deni. "Sabar ye lu pada. Gua ngantin dulu."
Deni melepas pelukannya lalu mendekati Riko. Ia mengajak Riko untuk ke kantin saja. Mereka melangkah melewati ruang kesenian. "Eh bentar, Den." tangannya menarik Deni agar berhenti.

KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Roman pour Adolescents[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...