Cilla berbeda. Sikapnya berubah tepat setelah hari di mana Deni mengajaknya untuk ikut ke mall *merayakan balikannya Riko dan Indah* Bukan Deni namanya jika tidak sadar perubahan itu. Yang Deni bingungkan, tentang apa yang membuat Cilla berubah? Dari yang perhatian menjadi cuek. Yang biasa menceritakan hari-harinya menjadi tidak pernah bercerita lagi. Yang menolak ketika Deni mengajaknya jalan. Deni memang bukan cowok yang tidak peka. Ia tau ini pasti ada sebabnya. Tapi Deni juga bingung apa sebabnya. Apa ia berbuat salah pada Cilla? Apa ia tidak sadar telah membuat kesalahan fatal kepada kekasihnya itu?
Libur panjang telah memasuki hari ketiga. Deni berencana mengajak Cilla jalan sekaligus membahas persoalan mereka. Ia mencoba menghubungi Cilla melalui semua akun sosmednya tapi tak ada balasan. Sudah selama liburan ini mereka lost contact. Ketika Deni memutuskan untuk datang ke rumahnya. Lelaki itu kembali dibuat kecewa mendapati rumah itu gelap dan tidak ada tanda-tanda ada orangnya. Salah seorang tetangga memberitahunya bahwa Cilla sekeluarga sedang berlibur ke rumah neneknya.
Dari sudut pandangnya, Deni mencoba mengerti. Mungkin Cilla ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya. Mungkin itu juga yang membuat gadis itu tidak aktif di semua sosial medianya. Deni mengangguk, berusaha meyakinkan dirinya lalu kembali ke rumahnya. Ia ingin membuat jadwal liburan bersama teman dan keluarganya juga.
Sampai hari terakhir liburan, Deni masih belum bertemu dengan Cilla. Ia berpikir, mungkin besok, saat masuk sekolah, ia bisa menemui pacarnya itu. Ia tak ingin mengganggu quality time-nya Cilla. Nomor gadis itu masih tidak aktif sampai sekarang tapi Deni berusaha positif thinking dengan Cilla.
Tepukan keras di bahunya membuat Deni menggeram. "Sakit anying!"
Wisnu terkekeh. "Habis gua kesel liat muka lo."
Deni mendengus. Ia melemparkan tatapan marah pada Wisnu. "Emang sih, muka ganteng banyak yang ngiriin. Maklum kok gua."
Tanggapan yang dibalas Wisnu dengan berdecih. Ia berdehem. "Liburan kok bareng kita mulu lo? Cilla ke mana, Den?"
"Doi lagi liburan bareng keluarganya."
"Ohiya? Tau dari mana lo? Bukannya kata lo, lo lagi lost contact ama dia?"
Deni mengangguk. "Tetangganya yang kasih tau."
Wisnu ber-oh ria. Ia melipat tangannya lalu menatap Deni dengan serius. "Perasaan gua kok bilang, si Cilla lagi menjauh dari lo ya, Den?"
Deni menjentikkan jarinya. "Gua juga ngerasanya gitu, Nu. Ya gimana ya, gua juga gak tau sih apa gak sadar ada buat salah sama dia?"
Wisnu mengendikkan bahunya. "Ya lo aja gak tau apa lagi gua."
Deni bungkam. Ia mencoba menghubungi nomor Cilla tapi tidak aktif. Menyerah. Deni akan menemui gadis itu besok di sekolah.
_D E N I A L_
Hari pertama menjadi anak kelas dua belas sungguh menyenangkan. Deni dengan bangga berjalan sok ganteng melewati murid-murid baru. Ia bisa mendengar beberapa siswi memuji ketampanan dan penampilannya. Dalam hati Deni terkekeh.Gua harus ngasih kesan pertama yang baik biar mereka mengingat gua, batinnya.
Deni menepuk jidatnya ketika ingat Cilla. "Gua kan belum tau, Cilla masuk kelas mana." Ia berbalik dan kembali mencoba menelpon Cilla.
Keningnya mengernyit ketika sadar nomor Cilla masih tidak aktif. Kerutannya makin menjadi ketika melihat Cilla sedang berbincang bersama temannya. Gadis itu terlihat menggenggam ponselnya.
Deni melangkah mendekat. "Cill,"
Yang dipanggil menoleh tapi tidak bereaksi membuat Deni bingung. Teman Cilla langsung pamit meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Dla nastolatków[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...