s a l e b m a n E

2.9K 130 7
                                        

Mrs. Rostanty mulai mengajar dengan aksen british-nya, ia terus saja menjelaskan pelajaran yang sesekali diangguki oleh anak-anak kelas XI Ips 3. Beberapa dari mereka menguap, menggaruk kepala, mengucek-ngucek mata karena bingung. Hanya anak-anak yang memang pintar bahasa inggris yang sesekali bertanya dan menimpalinya.

Deni melirik Wisnu yang menopang dagu menatap Mrs. Rostanty. Deni menyenggolnya. "Lo ngerti dia ngomong apa?"

Wisnu mengangkat alisnya. "Menurut lo?"

"Enggak."

"Nah, itu tau." Wisnu terkekeh ketika Deni mendesis sebal.

Mereka kembali mendengarkan hingga Mrs. Rostanty menyuruh murid-muridnya untuk mengerjakan 10 soal essay yang terdapat di buku paket halaman 48. Mereka mulai mengerjakan dengan lesu.

Deni membuka buku paketnya dan mengangguk-ngangguk ketika sudah melihat soalnya.

"Ngerti?" Wisnu juga membuka paket dan buku tulisnya. Ia tersenyum miring ketika Deni menggeleng.

Deni mulai mengerjakan soal dengan bertanya kepada teman-temannya. Wisnu menggelengkan kepalanya melihat Deni yang melempari Chintia dengan gulungan kertas. Ia mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi kamusnya.

Wisnu mengerjakan sendiri berbekal kamus di ponselnya ketika Deni masih sibuk menyontek. Ia iseng mengetik nama Deni dan terkekeh pelan ketika membacanya. Deni menatap Wisnu bingung. Kenapa temannya itu tertawa sendiri tanpa ajak-ajak dia?

Wisnu meliriknya juga membuat Deni mendekat. "Lo kenapa, Nu?"

"Kayaknya gua tau deh, kenapa lo ditolak mulu sama Yana."

Deni menatapnya terkejut. "Kenapa?"

Wisnu memperlihatkan ponselnya dan membuat Deni mengerutkan dahinya tak mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wisnu memperlihatkan ponselnya dan membuat Deni mengerutkan dahinya tak mengerti. Wisnu berdehem. "Itu, mirip nama lo, kan? Artinya apa?"

"Penolakan."

Wisnu menjentikkan jarinya. "Nah itu tuh makanya lo ditolak mulu."

Deni menjitak kepala Wisnu. Ia kesal dengan temannya itu. "Makasih loh, Nu."

Wisnu mengangguk. "Iya sama-sama, Den. Gua sebagai sahabat, hanya ingin memberi tau hal yang gak lo tau." Ia mencengkram bahu Deni sekilas lalu kembali mengerjakan tugasnya.

Deni mengerucutkan bibirnya. Ia berhenti menyontek teman-temannya yang pelit dan berubah haluan menjadi menyalin jawaban Wisnu. "Nu, gua mau nanya deh."

"Apaan?"

"Kalo lo jadi gua, lo baka--"

"Amit-amit jadi lo."

Deni menoyor kepalanya. "Dengerin dulu!"

Wisnu kembali diam dan mengerjakan tugasnya. Deni kembali bicara. "Lo bakalan perjuangin Yana terus?"

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang