Byurrr
Deni terbangun dari tidurnya. Ia menatap kesal Tika yang sekarang memasang senyum miring, tangannya memegang gayung.
"Kenapa kakak disiram, Tik?" Deni mengusap wajahnya. Ia duduk dan menyibak selimutnya.
"Look at that." Tika menunjuk jam dinding dikamar Deni. Waktu menunjukkan pukul 06.30.
Deni melotot melihatnya. "Kenapa gak bangunin kakak sih?"
Tika memutar bola matanya. "Ini kan lagi aku bangunin. Udah ah aku mau berangkat sekolah. Byee." Tika melangkah pergi setelah melempar gayung yang langsung ditangkap Deni.
Deni menggelengkan kepala. "Heran deh. Kenapa ya semua orang suka banget nyiksa gua?" Ia turun dari ranjang menuju kamar mandi.
Selesai mandi, ia langsung mengenakan seragam olahraga. Menyiapkan buku dan seragam putih-putih yang ia masukkan kedalam tasnya. Ketika itulah ia langsung teringat paper bag yang dibawanya dari rumah Yana tadi malam.
Setelah memakai tas dipunggungnya. Ia memakai kaus kaki dan sepatu. Lalu mengantungi dompet dan kunci motornya, kemudian menenteng paper bag itu ditangannya.
Deni menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Ia bahkan tidak sarapan dan langsung meluncur menuju sekolahnya.
Deni bersenandung ria ketika mengendarai motornya. Ia tidak sepanik tadi padahal jalanan sudah macet yang berarti ia akan terlambat. Deni bersiul ketika ada motor yang dikendarai cewek mengenakan seragam SMA melewatinya.
Ia mengedipkan matanya ketika cewek itu menoleh. Deni terkekeh melihat reaksi cewek itu yang seperti terpesona dengannya. Ia melajukan motornya ketika macet sedikit berkurang.
Limabelas menit kemudian ia baru sampai disekolah. Pintu gerbang sudah ditutup sempurna membuat Deni melepas helmnya. Ia menurunkan standar motornya lalu melangkah mendekati pagar.
Ia mengguncang pagar sambil berteriak. "Assalamu'alaikum atuk oh atuk." Deni meniru upin dan ipin.
Ketika satpam mengacuhkannya, ia kembali kemotor dan mencabut kuncinya lalu kembali kepagar dan memukul-mukul pagar dengan kuncinya yang menyebabkan bunyi.
"Aduh, anak nakal! Kamu bisa diam gak?!" Satpam itu keluar dari posnya dan berhadapan dengan Deni yang terhalang oleh pagar.
Deni menggeleng. "Bukain dulu pagarnya baru saya diem, Pak."
Satpam itu menatapnya. "Sudah jam berapa ini?! Kamu baru datang sekarang?!"
Deni menggeleng. "Saya kesiangan, Pak," Deni memperlihatkan tangannya. "Nih sampe lupa pake jam tangan, saya bahkan belum sarapan, Pak."
"Saya gak nanya!!"
Deni mengerucutkan bibirnya. "Saya kan cuma curhat, Pak. Bapak gak kasihan sama saya?"
Satpam itu menggeleng, ia membuka pagar. "Sudah, sana masuk! Tapi tulis dibuku poin dulu!"
Deni mengangguk, ia kembali menaiki motornya dan mengebut saat melewati satpam yang langsung ber-istighfar. "Dasar, anak zaman sekarang."
Deni memarkirkan motornya dengan asal. Ia langsung turun dari motor dengan tangan yang menenteng paper bag milik Cilla. Deni meletakkan paper bag dan tasnya ditepi lapangan voli, ketika melihat kelas XI Ips 3 sedang melakukan pemanasan.
Deni langsung berbaris dibelakang Wawan. Wisnu baris dibarisan depan membuat Deni tak jadi menghampirinya. "Wan.."
Wawan menoleh dan terkejut melihat Deni. "Loh kapan lo datang, Den?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Teen Fiction[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...