a m i L

3.5K 210 6
                                    

"Gua sih yes," Deni tersenyum sok tampan. Ia menyandarkan tubuhnya sambil melipat kaki kanannya diatas kaki kiri. Ia melirik Wawan yang duduk disebelah kanannya. "Menurut lo gimana, Wan?"

Wawan mengelus dagunya sambil memperhatikan Wisnu yang berdiri sambil memegang sapu. Saat ini adalah jam pelajaran ke-3 dan 4. Jam pelajaran Pak Bambang yang mengajar PKN. Berhubung pak Bambang sakit alias tidak hadir, beliau hanya memberi tugas mengerjakan soal pilihan ganda yang berada di buku paket halaman 13.

Namun tugas hanyalah tugas. Segelintir soal yang hanya dikerjakan oleh anak-anak yang rajin dan pintar. Contohnya saja anak kelas XI Ips 3. Kubu cowok yang diprovokatori Deni malah memanfaatkan waktu ini untuk bermain Indonesian idol.

Kubu cewek juga tidak mau kalah. Beberapa dari mereka malah asik membentuk geng-geng rumpi. Sudah author bilang, kan? Hanya anak rajin yang mengerjakan tugas. Dikelas Deni saat ini hanya 5 orang yang masih giat mengerjakan tugas. Sisanya? Bisa dipastikan akan menyalin jawaban yang ada.

"Gue juga yes sih. Diliat dari mukanya yang memelas. Kasian banget kalo gak di lolosin. Iya kan, Zan?" Wawan melirik Elzan, juri yang berada disebelah kanannya.

Elzan terbahak. Ia mengangguk lalu mengambil salah satu kertas yang ia kantungi. "Congratulation. Lo berhak dapat voucher makan ini."

Wisnu tersenyum lalu mengambil kertas itu. "Thankyou. Akhirnya setelah saya mengikuti Harapan Idol, saya bisa mendapat voucher untuk makan."

Semua terbahak mendengarnya. Salah seorang dari kubu cewek menyahut. "Golden ticket bego, bukan voucher makan!"

Deni meliriknya sinis. "Terserah kita dong."

Setelah Wisnu berpura-pura menangis dan memeluk ketiga juri dihadapannya, ia kembali duduk lesehan, beralih profesi menjadi penonton bayaran yang rusuh.

"Oke, next." Wawan melipat tangannya.

Agus, cowok hitam manis yang berkacamata berdiri sambil memegang sapunya. Ia melangkah kedepan juri dengan wajah gugup.

"Mau nyanyi lagu apa?" Deni menatap kubu cewek yang menyorakinya 'sok ganteng'. "Eh gak ada ya, juri lagi ngomong disorakin. Gua emang ganteng. Nyesel ya pacaran sama cowok yang gak lebih ganteng dari gua."

"Huuuu"

Deni kembali menatap Agus. "Gila, penghayatan lo keren, Gus. Gua jadi merasa jadi juri beneran."

Agus terkekeh lalu berdehem. "Gua mau nyanyi lagu apa ya? Gua juga bingung."

Elzan menatapnya heran. "Jadi lo udah berdiri depan kita tapi bingung mau nyanyi apa? Ah sudah gua fix, no." Elzan menyilang kedua tangannya. Ia menatap Deni dan Wawan.

"Gua juga no." Wawan menggelengkan kepalanya.

Deni menatap Agus dengan wajah sedih. "Sayang sekali, Gus. Padahal gua sih yes, tapi mereka berdua udah bilang no. Jadi maaf lo tereliminasi," Deni mengambil uang seribu koin disaku seragamnya dan memberikannya pada Agus. "Ini ongkos untuk pulang kekampung halaman."

Semua kembali tergelak melihatnya. Kubu cowok bertepuk tangan dan memukul-mukul meja saking ngakaknya. Kubu cewek semakin menyoraki mereka yang dianggap sangat ribut dikelas.

Agus kembali duduk lesehan dengan seribu koin ditangannya.

Deni menyisir rambut dengan jarinya. "Oke, next."

Bimo, cowok berambut ikal yang memiliki badan gembul maju dengan memegang sapu yang ceritanya adalah microphone.

Belum sempat Elzan bertanya, Bimo sudah mengangkat sapunya dan menyanyi membuat teman-temannya sempat melongo lalu serempak berdiri sambil berjoget.

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang