Yana mendengus kesal. Hari ini ia ingin jogging bersama Evan dan Indah tapi karena kedua temannya itu tidak setia kawan dan memikirkannya. Keduanya memilih berangkat dengan tumpangan masing-masing dan menyuruh Yana berangkat bersama Deni. Malah Evan sudah menghubungi Deni lagi. Selesai memakai sepatu olahraganya, Yana berpamitan dengan orang rumah lalu keluar. Deni sudah ada di depan rumahnya. Melepas helm dan tersenyum lebar menatapnya. Yana mendekat, ia mendengus. "Padahal kalo lo gak iyain Evan, lo gak perlu jemput gua." Yana naik ke jok belakang.
Deni menyengir. "Anything for you. Lagian gapapa lah, kan Evan emang ngajak gua sama teman-teman gua juga buat jogging."
Yana tak lagi menjawab. Ia menikmati semilir angin pagi yang sangat sejuk. Hal yang tertangkap oleh Deni ketika lelaki itu melirik spionnya.
Deni bersenandung pelan tapi sebenarnya Yana mendengar walau samar. Lelaki itu menyanyikan lagu Rossa yang liriknya membuat Yana tersindir.
Ku menunggu..
Ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
Tak akan ku ganggu kau dengan kekasihmu
Ku kan selalu disini untuk menunggumuCinta itu
Ku berharap kau kelak kan cintai aku
Saat kau telah tak bersama kekasihmu
Ku lakukan semua agar kau cintaikuDeni bahkan menggerakkan kepalanya.
Haruskah ku bilang cinta
Hati senang namun bimbang
Ada cemburu juga rindu
Ku tetap menungguHaruskah ku bilang cinta
Hati senang namun bimbang
Dan kau sudah ada yang punya
Ku tetap menungguDatang padaku
Ku tahu kelak kau kan datang kepadaku
Saat kau sadar betapa ku cintaimu
Ku kan selalu setia tuk menunggumuNaaa naaa naaa naaa..
Naaa naaa naaa naaa..Geplakan Yana pada helmnya membuat Deni berhenti bernyanyi. Ia ternyata yang tak sadar dari senandung kecil, suara nyanyiannya semakin lama semakin nyaring dan jelas itu terdengar di telinga Yana. "Suara lo jelek. Gak usah nyanyi."
Deni meringis. Ia mengangguk patuh karena melihat wajah kesal Yana dari spionnya. Apa mungkin Yana tersinggung dengan nyanyiannya? Ah padahal kan Deni hanya bernyanyi yang sedang ia rasakan. Ya iya sih memang lagu itu ditujukan untuk Yana. Deni berdeham. "Lo tersinggung ya?"
Yana mendekatkan kepalanya ke kiri helm Deni. "Apa, Den?"
"Tadi aja denger. Giliran ditanya langsung budeg." cibir Deni membuat Yana mencubit pinggangnya. "Ah iya iya ampun, Yan."
"Gua gak budeg. Tapi tadi gua gak denger lo ngomong apa?"
"Gak jadi." sahut Deni karena sudah malas berdebat kembali dengan Yana.
Ia sudah bersyukur dengan Yana yang selalu datang ketika gadis itu membutuhkannya. Walaupun kadang tak dianggap atau hanya menjadi pelarian gadis itu setidaknya Deni masih bisa dekat tanpa ada pengusiran lagi. Kadang Deni juga mikir, kok bisa dia suka + sayang sama Yana sebegininya. Padahal Yana udah punya pacar tapi ya namanya perasaan gak ada yang tau harus ke siapa. Deni juga sadar diri. Posisinya hanya teman biasa bagi Yana. Itu sudah lebih dari cukup dibanding Yana menganggapnya musuh yang harus dijauhi. Deni tak mau itu sampai terjadi. Kebanyakan mikir membuat Deni tak sadar motornya sudah sampai di parkiran balai kota. Yana turun dan langsung memasuki area jogging meninggalkannya yang kini cemberut.Deni melepas helmnya. Menyisir rambutnya dengan berkaca di spion lalu berlari menyusul Yana yang sudah jauh di depan. Larinya belum sampai Yana saat matanya menangkap Cilla yang sedang berlari tak menyadari bahwa telah melewati Deni. Deni mengikuti Cilla lalu berdeham. "Jogging juga ya, Cill?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Подростковая литература[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...