Bel pulangan telah berbunyi 10 menit yang lalu. Deni kesal dengan Wisnu. Ia baru saja memasukkan alat tulisnya ke tas ketika Wisnu sudah berlari keluar kelas. Benar-benar teman yang je aja ha aha te 😱
Ia berdiri dan menatap galak teman-temannya yang tersenyum miring menatapnya. "Kenapa? Baru nyadar gua ganteng?" Deni memakai tasnya lalu mendengus ketika Fathir dan Wawan melemparinya dengan gulungan kertas, bekas coretan matematika. Pelajaran terakhir dikelasnya hari ini.
"Udah move on ya, bro?" Fathir terkekeh.
Deni menatapnya tak mengerti. Ia beralih menatap Elzan, Bimo, Wawan, dan Agus. Teman-teman sekelas yang sangat akrab dengannya. "Mupon apaan ya?"
Agus mendekatinya lalu menepuk bahunya. "Move on, Den. Bukan mupon."
"Ya pokoknya itulah."
Bimo menjabat tangannya. "Selamat ya, yang udah bisa berhenti deketin pacar orang."
Deni memandang tangannya yang dijabat oleh Bimo lalu bergantian dengan teman-temannya, kemudian Bimo lagi. Terus saja begitu hingga Author tak jomblo lagi *ehhh 😂
Deni melipat tangannya ketika Elzan yang mau menjabatnya lagi. "Kalian ngomongin apaan sih?! Gua gak ngerti sumpah!!"
"Pokoknya kita bahagia, kalo lo akhirnya berhenti deketin Yana." seru Wawan sambil memeluk Deni dengan erat.
Pelukan yang membuat Elzan dan yang lainnya ikut memeluk Deni dengan heboh hingga membuat mereka semua terjatuh dengan posisi Deni yang paling bawah. "Woyy, berdiri bego. Gua gak bisa nafas." Deni meronta.
Elzan berdiri disusul yang lainnya. Mereka berlarian keluar kelas meninggalkan Deni yang menyumpah-serapah dengan menyebut hewan-hewan dikebun binatang.
"Nasib cogan berteman dengan generasi micin." Deni berdiri. Ia mengeluarkan kunci motor dari saku celananya.
Melangkah keluar kelas dengan tangan yang memutar-mutar gantungan D dikuncinya. Ia tersenyum kepada beberapa teman seangkatan, adik kelas bahkan kakak kelas yang menyapanya.
Deni membawa motornya menuju warkop seberang sekolah. Disana sudah ada Wisnu, dan Riko yang sedang asik menonton sesuatu di ponsel Wisnu.
Ia mendekat lalu melemparkan kunci motornya ke Wisnu. "Tinggalin aja gua terus. Memang gak ada yang peduli sama gua." Deni duduk dan langsung meminum kopi didepan Riko.
Wisnu menjitak kepalanya. "Kena telinga gua bego!" Wisnu mengusap telinganya yang terkena kunci motor Deni. "Lagian, ngapain juga gua nungguin lo?"
Deni menghabiskan segelas kopi itu tanpa menjawab pertanyaan Wisnu. Ia menatap Riko yang sedang bertopang dagu, masih dengan ponsel Wisnu ditangannya. "Lo ngapain, Rik?"
Riko menatapnya sekilas lalu terkekeh. "Nonton bokep."
Deni melotot. "Anjir. Gak boleh, Rik. Itu dosa, dosa kalo lo nontonnya sendirian."
Wisnu langsung menoyor kepalanya membuat Deni tertawa.
"Serius ah. Ayang Rik aku kan gak mungkin nonton begituan. Ayang Rik kan masih polos." Deni menirukan suara cewek membuat Wisnu terbahak sementara Riko menatapnya jijik.
Riko mengangkat kopinya lalu terbelalak ketika kopi yang belum ia seruput sama sekali sudah habis. "Ini siapa yang minum?"
Wisnu menunjuk Deni membuat Riko menghela nafasnya kasar. "Gua belum minum loh, Den."
Deni meringis. "Sorry deh, habis tadi gua lagi kesel sama Wisnu."
"Gua lagi yang kena." Wisnu menatap Deni datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Teen Fiction[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...