Yana turun dari motor Sandi. Ia tersenyum ketika Sandi merapikan rambutnya. "Nanti jemput, kan?" tanyanya sambil memegang lengan Sandi.
Sandi tersenyum dibalik helmnya. "Maunya?"
Yana memasang wajah cemberut. "Maunya dijawab. Bukan ditanya balik."
Sandi terkekeh. Ia mengangguk. "Nanti aku jemput, yang."
Yana tersenyum lebar. Ia mengacungkan jempolnya lalu berseru 'hati-hati' ketika Sandi melajukan motornya kembali. Yana berbalik dan memasuki area sekolahnya. Ia melangkah riang menuju kelasnya. Yana mengernyitkan dahinya ketika melihat Bella yang sudah ngerumpi di depan kelas XI Ips 3.
"Sepagi ini? Di depan kelas orang? Modus lo berlebihan, Bell." batinnya.
Ia melangkah hendak melewati Bella dan anak-anak cewek kelas Deni yang sedang ngerumpi itu ketika tiba-tiba saja Bella menyebut namanya. Jadi, niatnya Bella itu kemungkinan hanya ada 2. Kalau tidak membicarakan Deni berarti membicarakannya yang selalu menolak Deni. Intinya, topik utamanya pasti Deni.
"Tapi kan Yana emang udah punya pacar, makanya gak mau sama Deni." bela Vani membuat Yana tersenyum. Ia kembali melangkah memasuki kelasnya.
Yana meletakkan tasnya di bangku lalu duduk sambil memainkan hpnya. Ia membuka instagram dan melihat snapgram teman-temannya. Yana melotot ketika terbuka sg-nya Deni. Sebuah foto 8 jam yang lalu, hanya pap makanan. Bukan itu yang membuatnya penasaran, tapi pap itu menunjukkan 2 piring nasi goreng dengan tambahan hastagh #berasapacaran.
Yana mengerutkan dahinya. "Deni udah punya pacar, ya?" Yana langsung menggeleng ketika ia merasa sedikit sesak. "Eh, peduli amat. Gak ngefek ke gua juga." ia menutup aplikasi instagram-nya lalu mengeluarkan buku tulis sejarah dari tasnya.
_D E N I A L_
Deni tak bisa masuk kelasnya sendiri ketika Bella menghalanginya. Ia menatapnya geli. "Kelas lo disebelah, Bell. Bukan disini."
Bella mengangguk. "Gua tau. Gua cuma mau nanya sama lo. Kalo lo jawab, baru lo boleh masuk."
Deni terkekeh. "Iya udah, mau nanya apa?" Deni tersenyum geli membuat Bella melting. Padahal Deni memang tipikal cowok yang murah senyum.
"Gua udah liat sg lo." Bella menatap Deni yang kini mengangguk.
"Terus?"
"Itu siapa? Gak mungkin kan lo makan 2 piring sendirian. Itu pasti Yana, bener?"
Deni terbahak. "Kalau Yana, kenapa lo gak tanya dianya aja langsung? Gak perlu ke gua juga lo pasti dapet jawabannya."
Bella meringis. "Iya juga ya, ah pokoknya lo harus jawab. Gua sebagai salah satu cewek yang naksir sama lo memerlukan klasifikasi langsung dari lo."
"Klarifikasi bego." sahut Chintia dari dalam kelasnya.
Bella memelototinya membuat Deni kembali tergelak. "Itu bukan Yana. Udah?"
Bella menatapnya tidak percaya. "Serius? Bukan? Jadi siapa?"
Deni tersenyum. "Ada. Dia adik kelas kita disini." Deni memegang bahu Bella lalu menggeser tubuh gadis itu agar dia bisa lewat. "Gua sebut namanya juga lo pasti gak tau."
Bella sempat terdiam sebelum kembali bersuara. "Gua bakal cari tau, Den. Demi lo, demi cogan penjual pulsa."
Deni terbahak mendengar penuturan Bella. Entah Bella itu memujinya atau membaca print-an di depan pintu kelasnya, iapun tak tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENIAL
Novela Juvenil[SELESAI] Kata orang, cinta itu buta. Kata orang sih gitu. Beberapa dari kalian pasti setuju dan ada juga yang gak setuju. Kenapa? Karena, ada yang benar-benar buta akibat cinta. Ada juga yang benar-benar cinta akibat buta. Bingung? Sama, aku yang...