a g i t h u l u p a u D

2K 113 2
                                    

Yana tersenyum sumringah pada handphone-nya membuat Evan dan Indah yang sedang bersamanya saling melirik.

"Gua tau nih, pasti habis diajak balikan lagi sama Sandi." tebak Evan yang diangguki Indah.

Yana menatap kedua sahabatnya itu lalu tersenyum lebar dan meloncat-loncat kegirangan. "Iya ya ampun, dia sweet banget ngajak balikannya, malam ini ngajakin gua dinner sama ortunya." Saking senangnya, ia tak memperhatikan seisi kelas Indah yang menatapnya aneh.

Saat ini seluruh guru sedang rapat dan semua kelas jadi heboh karena jam kosong yang mereka dapatkan. Terutama Yana, siswi yang biasanya adem ayem di kelasnya saja walaupun jamkos itu memilih untuk memasuki kelas kedua sahabatnya hanya untuk memberitahu hal yang sebenarnya sudah membosankan bagi Evan dan Indah.

Indah menggelengkan kepalanya. Ia memilih bangkit dari duduknya sambil membawa buku kas dan menagih uang kas teman-temannya. Yana langsung duduk di bangku Indah, di samping Evan. "Btw, Riko mana? Kok gak keliatan?" tanyanya karena yang ia tau, Riko itu selalu menempel dengan Indah.

Evan menoleh ke belakang lalu terkekeh. "Tuh di belakang lagi main tebak gaya sama teman-teman gilanya."

Yana ikut menoleh dan terbahak karena melihat Riko yang menirukan monyet di hadapan Naga. "Lo juga gila kan, Van?"

Evan tergelak. "Beda. Gila gua berkelas. Gak kayak mereka."

Yana menjitak kepala Evan. "Apaan gila berkelas? Gua baru dengar." Ia kembali menoleh dan memperhatikan Naga yang berusaha menirukan gerakan Riko ke Digo. Ia tergelak ketika melihat Naga berjongkok dan meloncat-loncat seperti katak.

Digo, orang yang kebetulan harus menebak pun dengan pede menjawab. "Kodok?"

Riko menjitak kepala Naga sambil berseru marah. "Gua kan meragain monyet! Kenapa lo malah meragain kodok sih ke Digo?!"

Naga menahan tawanya. Dengan memundurkan langkahnya, memberi jarak aman untuk posisinya dengan Riko. Ia berdeham. "Soalnya gua mending jadi kodok daripada monyet kayak lo."

Jawaban yang membuat Riko murka lalu mengejarnya. Terjadilah peristiwa kejar-kejaran dengan murid-murid yang terbagi menjadi dua kubu. Tim Naga dan Tim Riko. Yana menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan jalan pikiran Naga. Padahal ini kan hanya permainan.

Deritan pintu membuat semua aktivitas sempat terhenti, sebelum kembali heboh karena yang datang bukan guru. Yana menundukkan kepalanya agar Deni dan Wisnu yang memasuki kelas Indah tak menyadari keberadaannya. Tapi Deni malah mendekati Evan, mengajaknya berbincang lalu meliriknya dan tersenyum tengil. "Eh ada sayang." tegurnya membuat Yana mendelik.

Wisnu mengajak Evan ke belakang. Ikut bergabung dengan Riko meninggalkan Deni dan Yana berdua di meja Indah. Deni langsung menduduki bangku Riko dan memutar sedikit tubuhnya agar menghadap Yana. "Lo sama cowok itu gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya. Kalian gimana sekarang?"

Yana diam lalu memperlihatkan chat-nya dengan Sandi ke Deni. "Balikan dong." seruan senang yang membuat Deni ikut tersenyum walaupun pedih.
Deni ber-oh ria lalu bersandar di bangku. Ia memejamkan matanya membuat Yana yang sempat meliriknya langsung berkata. "Lo kalau mau tidur. Ngapain ke sini?"

Deni kembali membuka matanya. "Tadinya mau main di sini tapi tiba-tiba gua malas. Sekarang pengen tidur."

"Kalau gitu, biarin gua lewat dulu baru lo tidur." Yana berdiri ketika Deni memberi jarak agar ia bisa lewat.

Dengan kaku, Yana melewati Deni yang kini kembali memejamkan matanya. Ia melangkah menuju Indah lalu pamit untuk kembali ke kelasnya. Yana melangkah keluar kelas dengan pelan. Sesekali menoleh ke belakang untuk melihat Deni yang mungkin menahan atau bahkan mengejarnya? Tapi Deni masih memejamkan matanya dengan tenang. Dalam hati, Yana merasa tak tenang. Biasanya Deni kan selalu menempel dengannya. Mengikutinya kemana saja dan mungkin akan membuatnya kesal dengan tidak memperbolehkannya lewat tapi tadi Deni melakukannya tanpa penolakan, protesan yang biasa ia layangkan.

DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang