Holla, Aldo!

17.5K 620 14
                                    


[Peringatan : Holla, Hiper! Alurnya nggak sama kayak di Favorably. Jadi, jangan berpikir juga endingnya bakal sama. Enjoy!]


***

             Di suatu pagi yang cerah, ada seorang laki-laki yang sedang bersantai dengan ponsel di tangannya, di bawah pohon, belakang sekolah. Sembari mengunyah sandwich yang biasa ia bawa dari rumah sebagai pengganti sarapan. Bibirnya menyunggingkan senyum kagum ketika melihat salah satu dari sembilan perempuan di dalam video yang sedang ia tonton, tersenyum manis.

"Rela jomblo selamanya gue kalo begini caranya," gumamnya.

Laki-laki dengan nametag Reevaldo Leonard. A itu lalu memasukkan ponselnya ke saku seragam begitu music video yang ia tonton telah usai. Ia membereskan kotak makannya, dimasukkan ke dalam tas, kemudian beranjak dari sana berhubung bel sudah berbunyi.

      Panggilannya Aldo, pecinta girlband Korea tingkat akut. Tidak pernah pacaran, dan dia tipe laki-laki yang cuek. Anak bahasa, tapi tidak pandai berbahasa, hingga teman-teman Aldo seringkali bertanya, kenapa ia memilih masuk kelas itu padahal tidak pandai?

Simpel saja, sejujurnya, Aldo lebih malas lagi jika harus bertemu kerumitan dari IPA atau IPS.

"Maho!"

Langkah Aldo terhenti, tanpa menoleh ia mendengkus. Dia tau siapa satu-satunya orang yang memanggilnya demikian.

Bruk! Galang merangkul bahunya sembari cengengesan, membuat Aldo nyaris menonjok teman gilanya itu lantaran punggungnya sakit.

"Manggil maho sekali lagi gue gampar lo," ancam Aldo.

"Faisal mane?"

Sialannya, Galang tidak mengindahkan. Terkadang, Aldo memang harus sabar menghadapi tingkahnya yang bikin emosi.

"Nggak tau. Emang gue emaknya." Aldo lalu menyikut perut Galang hingga rangkulannya terlepas. "Sebenernya yang maho itu lo, Lang," imbuhnya, keki.

Galang lagi-lagi tidak menyahut. Aldo pun pasrah dan memilih diam. Sesekali tersenyum ketika ada yang menyapa di koridor.

"Eh, Do, menurut lo, gue harus nerima cintanya Raisa atau Isyana?"

"Menurut gue, lo harusnya bangun."

Galang memasang muka terkejut. "Tapi, gue nggak bisa bangun kalo sama lo, Do."

Raut wajah Aldo berubah datar. Sesaat, ia ingin sekali melempar Galang ke sumur dan tertawa jahat karena salah satu orang aneh di sekitarnya menghilang.

"Serah."

Aldo pun berbelok karena memang kelasnya dan Galang beda arah. Kemudian, samar-samar Aldo mendengar Galang meneriakkan sesuatu.

"Dadah, Maho!"

Grrr!

Lantaran malu menjadi pusat perhatian mendadak, Aldo lantas memakai hoodie-nya, menunduk dalam dan hanya melihat langkah kakinya saja.

Sampai sesuatu tiba-tiba menabrak punggungnya dengan keras, kemudian disusul suara benda terjatuh secara beruntun.

"Aduh, maap-maap!"

Mengepalkan tangan, Aldo memejamkan mata sejenak lalu membuang napas kuat-kuat, mencoba meredam emosinya yang hampir memuncak.

"Arrghh! Sial banget, sih, gue hari ini!" Aldo berbalik, melepas kepala hoodienya, menatap tajam pada perempuan berambut sebahu yang tengah berjongkok membereskan buku. "Kalo jalan liat-liat bisa nggak? Sakit, nih, punggung gue!" Omelnya.

Perempuan itu mengangkat wajah, mengerjap sekilas lalu melanjutkan kegiatannya tanpa membalas.

Mendadak, Aldo menjadi kesal. Sudah dua kali omelannya tidak dipedulikan pada pagi ini. Benar-benar menyebalkan! Aldo pun bergerak seolah ingin mencakar perempuan itu kemudian beranjak tanpa membantunya.

"Kagak dibantuin itu, Do?" Teriak salah satu teman sekelasnya yang masih berdiri di koridor.

"Males!"

Holla, Hiper! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang