Dua Puluh Empat.
***
Matahari pagi memang selalu menyenangkan. Selain menghangatkan tubuh, cahayanya juga bisa membuat yang malas menjadi sedikit bersemangat, seperti Aldo. Laki-laki itu datang ke sekolah lebih pagi hari ini. Sebenarnya bukan tanpa alasan, ia melakukannya demi menghindari bertemu wajah dengan keluarganya. Sesepele itu.Dan sekarang, ia sedang berjemur santai di bawah tiang bendera bersama Faisal, menunggu bel masuk lalu memulai pelajaran olahraga setelahnya.
"Laper gue," keluh Aldo, mengusap perutnya yang bergejolak, lalu menoleh pada Faisal yang tengah bermain game online. Kemudian, Aldo mendengkus. Temannya itu pasti tidak mendengar.
Game Online memang paling bisa mematikan kesadaran serta pendengaran seseorang.
Merasa jengkel, Aldo pun menepuk punggung Faisal. "Gue kantin dulu."
"Anj***! Alucard-nya goblok! Mon***! Dapet tim, noob semua!"
Dan, selain mematikan kesadaran, game online juga bisa membuat yang alim menjadi penjaga kebun binatang.
Bagaimana Aldo bisa tau? Karena terkadang ia pun seperti itu. Jadi, ya ... Ia memaklumi Faisal.
Tanpa basa-basi lagi, Aldo pun beranjak menuju kantin, seraya merogoh kantong celana olahraganya untuk mengambil permen karet. Setelah membuka dan memasukkan permen ke dalam mulut, Aldo menaruh bungkus kosongnya kembali ke kantong, lantaran tong sampah masih jauh.
Dan, terima kasih Intan karena telah mengajarkan kebaikan pada seorang Aldo.
Ngomong-ngomong soal gadis itu, Aldo belum melihatnya sejak tadi. Di perpustakaan tidak ada, di kelasnya pun tidak ada. Ke mana dia? Padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi.
"Masih galau apa itu anak," sangka Aldo setelah sampai kantin dan tidak ada sosok gadis itu juga di sana. Menghela napas, Aldo menghampiri penjual siomay. "Mang, goceng, ya."
"Siap, Jang!" sahut semangat Si Mamang. "Tumben pagi-pagi udah jajan?"
Aldo tersenyum. "Belum makan, Mang."
"Ooh, seperti itu."
Selagi menunggu pesanan, Aldo iseng mengecek ponsel, namun tidak apa pun di sana kecuali notifikasi dari Youtube dan Mobile Legends.
"Gelisah banget kayaknya, lagi nunggu orang, ya? Apa pacarnya?" goda Mamang Siomay, tiba-tiba.
Pun, Aldo tertawa. "Gak ada pacar, Mang."
"Ah, masa' udah SMA gak ada pacar. Rugi, atuh."
"Nggak ada, Mang, swear!" Aldo lalu mengusap wajahnya. "Saya 'kan gak seganteng Mamang."
Gantian, Mamang Siomay yang tertawa. "Ngeledek, ah, Si Ujang, mah!"
"Enggak, Mang, seriusan! Haha."
"Nih, siomaynya udah jadi. Mamang bonusin karena udah bikin ketawa pagi-pagi."
"Waduh! Terima kasih banyak, Mang," ucap Aldo, benar-benar berterima kasih, karena ia memang butuh porsi banyak.
"Iya, sama-sama, Jang."
"Saya duluan, ya, Mang," pamit Aldo, kemudian. Si Mamang mengiyakan. Lalu, tepat ketika Aldo berbalik badan, ia dikejutkan oleh Farel yang sudah berdiri di belakangnya dengan senyuman.
"Do," sapanya.
Aldo menanggapi dengan senyuman pula. "Baru dateng?" tanyanya saat melihat tas masih di punggung laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Teen Fiction[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...