p; lain kali untukmu

3.7K 320 19
                                    


Enam Belas.


***

        Seminggu telah berlalu, dan kini anak kelas dua belas sedang menghadapi ujian praktek terakhir mereka, yaitu senam kreasi. Adik-adik kelas yang penasaran tentu langsung datang ke lapangan indoor, melihat seberapa kerennya senior mereka, berhubung istirahat pertama belum usai.

Dan tentu saja Intan termasuk di dalamnya. Duduk tenang di bangku tribun kedua, memperhatikan kakak kelas  tampan yang sejak MOS telah menarik jiwa fangirl-nya.

"Ya, ampun ... Kak Jori gantengnya bikin lupa diri, deh," gumam Intan seraya menangkup kedua tangan di bawah dagu, matanya berbinar-binar, lalu berteriak tertahan saat Jori nampak sedang breakdance di sela kreasi senam kelasnya. Intan memanas, "Nggak nahan! Pokoknya abis ini mau minta id LINEnya! Harus dapet!"

Ocehan Intan barusan tentu tidak terdengar siapa pun sebab kalah ramai oleh suara lain yang memenuhi indoor. Mereka semua saling bersorak, menyemangati. Dan sorakan semakin meriah ketika kelas Raline mendapat giliran. Kakak kelas cantik yang satu itu memang memiliki banyak sekali fans di Jaya Bangsa. 

"Misi, gue boleh duduk di samping lo?"

"Oh, ya, sila—kan." Senyum lebar Intan seketika surut begitu tau siapa orang yang bicara padanya. Dia lalu kembali menatap lapangan seolah tidak ada siapa pun di sebelahnya.

Sementara Farel yang sadar pada alasan perubahan itu, lantas menghela napas. "Intan, nggak capek ngediemin gue terus? Udah seminggu, lho."

"Siapa yang ngediemin. Gue biasa aja, tuh," sangkal Intan, masih tidak menatap lawan bicara.

"Liat gue, dong."

Intan menoleh, tersenyum tipis. "Udah, 'kan?" tanyanya, lalu kembali ke posisi semula.

Farel mendesah. Duduk lebih dekat pada Intan, namun gadis itu bergeser, hingga menciptakan jarak sekitar satu hasta.

"Ke kantin sebentar, yuk? Kita perlu ngomong." Farel mempertahankan nada bicaranya, lembut.

"Enggak, ah. Ada Kak Kanya. Gue takut dilabrak," ujar Intan, mengernyit ngeri. "Ngomong di sini aja. Sama aja, kok."

Gadis itu memang benar-benar takut pada Kanya yang ada di lapangan, menunggu giliran kelasnya. Dan kini, mata elang senior judes itu tengah memandang tajam ke arah mereka.

"'Kan ada gue, Kanya gak bakal berani ke sini," ucap Farel, menenangkan. "Lagian gue udah ancem Kanya, kalau dia ngapa-ngapain lo, urusannya sama gue."

"Padahal nggak perlu diancem, cukup gue aja yang ngejauh dari lo, terus Kak Kanya juga gak bakal nyakitin gue lagi."

"Terus lo pikir, kalo lo ngejauh dari gue, gue bakal diem aja?"

Intan terkejut, namun dalam posisi wajar. Ia menatap diam Farel.

"Lo itu sahabat gue—"

Oh.

"Gue nggak mungkin ngebiarin itu terjadi," imbuh Farel, sementara wajah Intan entah sudah seperti apa. Bengong sekaligus kikuk. Gadis itu hampir saja terjebak oleh kata-kata.

Gruyuk!

Intan memegang perutnya yang tiba-tiba keroncongan, lalu nyengir pada Farel yang masih dengan ekspresi seriusnya.

"Farel, kayaknya gue laper, deh," ucap Intan. "Gue mau ke kantin dulu, ya?" pamitnya, kemudian saat Farel hendak menjawab, Intan kembali memotong, "lo jangan ikut. Gue bener-bener nggak mau dilabrak Kak Kanya lagi. Bye!"

Holla, Hiper! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang