Enam.***
Aldo melihatnya. Melihat Intan yang dikelilingi oleh tiga kakak kelas nyentrik yang terkenal tukang buli adik kelas dan anak-anak lemah lainnya. Aldo ada di salah satu kerumunan itu. Termenung dengan pikiran yang kosong. Tangannya terkepal untuk satu alasan.Dia tidak menyukainya. Segala bentuk penindasan, Aldo tidak menyukainya.
"Gue 'kan udah peringatin lo dari kemaren-kemaren, JANGAN GATEL SAMA FAREL!"
Rasanya, koridor seakan bergetar berkat teriakkan Kanya. Sama seperti tangan Intan yang nampak bergetar hebat sebelum akhirnya dipindahkan ke belakang oleh gadis itu. Menutupinya.
Tapi, Aldo melihatnya. Sangat jelas.
"Kayaknya itu cewek yang dulu pernah digosipin ngerebut pacar orang, ya?"
Sekarang, selain suara Kanya beserta antek-anteknya, Aldo mendengar suara lain di sekitarnya. Dari mulut-mulut tukang gosip yang keberadaannya bagai hama bagi Aldo.
"Iya, gue inget! Ya ampun, terus sekarang dia ngerebut pacar Kak Kanya? Berani banget," sahut suara lain.
Aldo menelan saliva susah payah, kepalanya mendadak pening. Namun, ia tetap berusaha memfokuskan pandangan pada Intan yang masih diam saja dipermalukan sedemikian rupa.
Kepala tertunduk itu ...
Punggung membungkuk itu ...
Berhasil mengingatkan Aldo pada seseorang. Menyeretnya pada kenangan terburuk dalam sejarah hidupnya.
"Lo aneh banget, sih. Lo harusnya masuk SLB."
"Kasian, ya. Gara-gara itu jadi nggak punya temen."
"Kalo ngomong jangan gagap gitu. Kita-kita jadi nggak ngerti kamu ngomong apa!"
Langkah demi langkah, Aldo mengundurkan diri. Berlari berlawanan arah dari perkumpulan itu. Menuju tempat yang seharusnya ia datangi.
Bukan pengecut. Aldo bukan laki-laki pengecut yang hanya bisa lari dari keadaan. Ia hanya belum bisa. Belum bisa untuk berada dalam situasi yang malah memperburuk traumanya.
Setibanya di tempat tujuan, tanpa ragu Aldo mengeluarkan teriakkannya, "Farel!"
Sementara sang pemilik nama yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dari kelas dua belas di lapangan, lantas menoleh mendengar namanya diserukan. Tersenyum ketika tau Aldolah yang memanggil.
"Oit?"
Aldo mengatur napasnya yang memburu. Memandang Farel dengan skeptis. Bagaimana mungkin ... bagaimana mungkin dia bisa sesantai itu pada situasi seperti ini?
"Ke koridor XI IPS 2," titah Aldo.
Kening Farel nampak mengerut. "Kenapa emangnya?"
Kedua tangan Aldo terkepal, sebisa mungkin menahan emosinya. "Ke sana aja. Nggak usah banyak tanya!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Holla, Hiper! (Complete)
Teen Fiction[Side's Story of Favorably] Terkadang, rasa cinta yang awalnya indah bisa berbalik menyerangmu. Dan Cinta yang kamu agung-agungkan, bisa memutar balik hidupmu dalam sekejab mata. Setiap manusia memiliki ekspektasi dalam cinta. Berharap terus begini...